Sejarah
Fairtrade
Harga beli kakao di tingkat petani
selalu fluktuatif, kemarin harga kakao yang telah dijemur selama 3 (tiga) hari
Rp. 18.000,- tetapi hari ini turun menjadi Rp. 16.800,-. Dengan kondisi tahun
baru ajaran sekolah petani terpaksa menjual kakao yang telah dikeringkan dengan
harga lebih murah karena keperluan untuk biaya sekolah anaknya.
Ini merupakan salah satu cermin
kondisi sosial kehidupan petani kakao kita. Bila kita tanya apa harapan petani
kakao kita, jawabannya tenyata cukup sederhana. Kami mau kakao kami dibeli
dengan harga yang layak. Harus diakui produktifitas dan kualitas kakao
petani kita masih sangat rendah. Tetapi seiring dengan program perbaikan
produktifitas dan kualitas kakao indonesia yang di canangkan oleh Pemerintah
secara bertahap mudah-mudahan produktifitas dan kualitas kakao indonesia bisa
lebih baik.
Sistem fair-trade sangat memahami
harapan yang ada pada petani kakao kita. Untuk itu saya ingin berbagi informasi
sedikit dengan teman-teman mengenai sejarah lahirnya fair-trade. Tetapi
informasi ini akan saya fokuskan pada komoditas kakao.
Seperti yang kita tahu kalau coklat
merupakan kebutuhan utama bagi orang-orang di benua Amerika, Eropa dan
Australia yang notabenenya merupakan orang-orang kaya. Salah satu produk yang
mereka sangat butuhkan adalah kakao. Hampir semua jenis makanan
mengandung kakao, malah untuk kosmetik mereka juga menggunakan kakao sebagai
bahan bakunya.
Orang-orang kaya tersebut sangat
suka kan kakao alias coklat, mereka membeli kakao di toko-toko atau pusat
pembelajaan di negaranya dengan harga mahal dan kualitas yang tinggi. Mereka
sebenarnya juga tahu kalau kakao yang dibelinya dengan harga tinggi ditanam
oleh petani-petani kecil yang tingkat penghidupannya sangat rendah dan miskin.
Sementara mereka membeli coklat dengan harga yang tinggi tetapi
keuntungannya tidak pernah dirasakan oleh petani-petani kakao malah yang
mendapat keuntungan adalah pedagang-pedagang besar yang membeli kakao dari petani
dengan harga murah.
Sungguh ironi memang petani yang
menanam kakao, merawat dan memelihara kakao, yang setiap hari pergi ke kebun
berharap kakao nya bisa panen banyak dan mendapat keuntungan yang setimpal
dengan jerih payah mereka. Tetapi begitu kakaonya panen dan mereka jual ke
pedagang/agen setempat, kakaonya dihargai dengan harga yang sangat murah dengan
berbagai alasan. Petani yang tidak mempunyai alternatif lain sementara
kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi terpaksa menjual kakaonya dengan harga murah.
Kondisi inilah yang menjadi latar
belakang lahirnya suatu mekanisme perdagangan yang adil, dimana produser dalam
hal ini petani dan pedagang harus mendapatkan keuntungan yang sama dan konsumen
yang membeli dengan harga tinggi harus mendapat kualitas yang baik. Sebisa
mungkin sistem yang akan diterapkan harus memutuskan mata rantai
perdagangan yang panjang. Petani harus bisa menjual kakaonya langsung ke
pembeli akhir sehingga harga kakao petani bisa dibeli dengan harga yang layak
dan menguntungkan petani.
Ada hal yang menarik dari fair-trade
ini, yaitu adanya premium price. Saya akan jelasin apa itu premium price
fair-trade pada posting saya selanjutnya. Mudah-mudahan penjelasan saya di atas
bisa memberi suatu gambaran kepada teman-teman semua mengenai fair-trade.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentarnya Disini...................