Pengembangan agrowisata sebagai
salah satu bidang usaha pariwisata yang potensial di Indonesia yang
berlandaskan pada konsep pertanian dalam arti luas ditunjang oleh posisi
geografis di khatulistiwa serta kondisi alam, hayati, dan budaya yang beragam.
Kabupaten Bogor dikenal sebagai daerah agrowisata di Jawa Barat. Salah satu
obyek agrowisata di bidang perikanan adalah obyek wisata pemancingan. Potensi
pengembangan usaha pemancingan di Kabupaten Bogor cukup tinggi karena ditunjang
oleh potensi daerah yang baik. Salah satu obyek wisata pemancingan yang
terdapat di Bogor adalah Wisata Mancing Fishing Valley. Untuk dapat bersaing
dalam industri agrowisata khususnya wisata mancing, Fishing Valley sebagai
usaha yang tergolong baru harus dapat dikenal dengan baik dan dipercaya
citranya oleh masyarakat. Untuk itu, peusahaan perlu mengupayakan strategi
pemasaran yang tepat untuk dapat menarik banyak pengunjung, memperluas pangsa
pasar, mendatangkan keuntungan yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi
pengembangan usaha.
Tujuan dari peneltian ini adalah :
(1) Menganalisis faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang menentukan strategi pemasaran Wisata Mancing Fishing Valley,
(2) Merumuskan alternatif strategi pemasaran bagi Wisata Mancing Fishing Valley yang sesuai dengan kondisi lingkungan eksternal dan internal perusahaan saat ini, dan
(3) Menentukan prioritas strategi pemasaran yang tepat untuk diterapkan pada Wisata Mancing Fishing Valley.
Penelitian dilakukan di Wisata Mancing Fishing Valley yang beralamat di Jalan Pemda Raya Nomor 107 Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-Mei 2009. Penentuan responden secara purposive sampling dilakukan pada penentuan responden untuk pengisian matriks EFE dan IFE serta QSPM. Penentuan responden secara accidental sampling dilakukan pada pengisian kuesioner oleh 30 pengunjung untuk mengetahui gambaran umum konsumen dan penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran perusahaan. Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang dilakukan melalui studi kasus (case study). Analisis data dilakukan melalui analisis deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan berdasarkan hasil observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner. Analisis kuantitatif yang dihasilkan adalah hasil analisis berupa bobot, rating, dan skor. Analisis kualitatif berupa penjelasan dari hasil analisis kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks EFE, IFE, IE, SWOT dan QSPM.
Analisis terhadap lingkungan eksternal menghasilkan sembilan peluang dan enam ancaman. Faktor-faktor yang menjadi peluang Fishing Valley yaitu:
(1) kondisi perbankan nasional yang stabil dan penurunan BI Rate,
(2) tren konsumsi wisata back to nature dan tren wisata keluarga/rombongan,
(3) hobi memancing terkait dengan frekuensi memancing yang sering,
(4) peningkatan jumlah penduduk Jabodetabek,
(5) dukungan Pemerintah terhadap pengembangan potensi wisata daerah,
(6) penetapan hari libur bersama,
(7) upaya pemerintah dalam menjaga ketersediaan dan kestabilan harga BBM,
(8) perkembangan teknologi internet dan telepon seluler di masyarakat, serta
(9) produk pemasok berkualitas dan telah terjalin kerjasama yang baik.
Faktor ancaman bagi Fishing Valley adalah:
(1) curah hujan yang tinggi di Bogor,
(2) penyebaran wabah Koi Herpes Virus (KHV) pada ikan mas di Jawa Barat,
(3) tingkat persaingan usaha pemancingan tinggi,
(4) hambatan masuk pendatang baru rendah,
(5) agrowisata dan wisata alam semakin berkembang, dan
(6) pembeli memiliki kekuatan terhadap perusahaan.
Analisis faktor internal menghasilkan enam kekuatan dan delapan kelemahan. Faktor kekuatan Fishing Valley adalah:
(1) pembagian kerja karyawan jelas dan pemberian motivasi pada karyawan tinggi,
(2) konsep wisata mancing yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi keluarga,
(3) lokasi usaha strategis dan suasana alam yang nyaman,
(4) teknologi dalam promosi dan pelayanan,
(5) rencana pengembangan fasilitas, dan
(6) memiliki karyawan yang berpengalaman dalam pengelolaan ikan.
Faktor-faktor yang menjadi kelemahan yaitu:
(1) pengelolaan usaha bertumpu pada manajer operasional serta belum memiliki bagian pemasaran dan keuangan,
(2) harga dan kualitas produk restoran kurang sesuai,
(3) pelayanan karyawan restoran lambat dan kurang tanggap saat padat pengunjung,
(4) promosi dan pengelolaan pengunjung belum optimal,
(5) keakraban dan relasi dengan para pemancing masih kurang,
(6) penggunaan dana pinjaman bank,
7) pengelolaan teknis kolam pemancingan kurang baik serta
(8) pengelolaan informasi manajemen dan pencatatan keuangan masih sederhana.
Matriks IE menempatkan posisi Wisata Mancing Fishing Valley pada sel ke V yaitu jaga dan pertahankan (hold and maintain) dengan strategi yang sesuai yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk. Matriks SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi yang dikembangkan dalam empat tipe strategi yaitu strategi SO, WO, ST dan WT.
Analisis QSPM memperingkatkan delapan strategi yang dapat diimplementasikan oleh Fishing Valley dengan prioritas sebagai berikut:
(1) meningkatkan kebersihan kolam pemancingan dan menambah ketersediaan jumlah ikan di kolam pemancingan galatama,
(2) meningkatkan aktifitas promosi,
(3) merealisasikan pengembangan fasilitas pada lahan tersisa disertai dengan perbaikan dan pembenahan pada fasilitas yang sudah ada,
(4) mengkaji ulang kesesuaian harga dan kualitas produk restoran,
(5) merekrut karyawan untuk bagian pemasaran dan keuangan, menambah karyawan restoran (tidak tetap) pada hari Sabtu, Minggu dan libur, serta meningkatkan kompetensi karyawan,
(6) membuat sistem keanggotaan bagi konsumen (sistem member),
(7) mengoptimalkan pengelolaan pengunjung, dan
(8) memperluas relasi dan meningkatkan kerjasama dengan instansi atau perusahaan terkait dengan wisata mancing rombongan.
Tujuan dari peneltian ini adalah :
(1) Menganalisis faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang menentukan strategi pemasaran Wisata Mancing Fishing Valley,
(2) Merumuskan alternatif strategi pemasaran bagi Wisata Mancing Fishing Valley yang sesuai dengan kondisi lingkungan eksternal dan internal perusahaan saat ini, dan
(3) Menentukan prioritas strategi pemasaran yang tepat untuk diterapkan pada Wisata Mancing Fishing Valley.
Penelitian dilakukan di Wisata Mancing Fishing Valley yang beralamat di Jalan Pemda Raya Nomor 107 Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-Mei 2009. Penentuan responden secara purposive sampling dilakukan pada penentuan responden untuk pengisian matriks EFE dan IFE serta QSPM. Penentuan responden secara accidental sampling dilakukan pada pengisian kuesioner oleh 30 pengunjung untuk mengetahui gambaran umum konsumen dan penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran perusahaan. Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang dilakukan melalui studi kasus (case study). Analisis data dilakukan melalui analisis deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan berdasarkan hasil observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner. Analisis kuantitatif yang dihasilkan adalah hasil analisis berupa bobot, rating, dan skor. Analisis kualitatif berupa penjelasan dari hasil analisis kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks EFE, IFE, IE, SWOT dan QSPM.
Analisis terhadap lingkungan eksternal menghasilkan sembilan peluang dan enam ancaman. Faktor-faktor yang menjadi peluang Fishing Valley yaitu:
(1) kondisi perbankan nasional yang stabil dan penurunan BI Rate,
(2) tren konsumsi wisata back to nature dan tren wisata keluarga/rombongan,
(3) hobi memancing terkait dengan frekuensi memancing yang sering,
(4) peningkatan jumlah penduduk Jabodetabek,
(5) dukungan Pemerintah terhadap pengembangan potensi wisata daerah,
(6) penetapan hari libur bersama,
(7) upaya pemerintah dalam menjaga ketersediaan dan kestabilan harga BBM,
(8) perkembangan teknologi internet dan telepon seluler di masyarakat, serta
(9) produk pemasok berkualitas dan telah terjalin kerjasama yang baik.
Faktor ancaman bagi Fishing Valley adalah:
(1) curah hujan yang tinggi di Bogor,
(2) penyebaran wabah Koi Herpes Virus (KHV) pada ikan mas di Jawa Barat,
(3) tingkat persaingan usaha pemancingan tinggi,
(4) hambatan masuk pendatang baru rendah,
(5) agrowisata dan wisata alam semakin berkembang, dan
(6) pembeli memiliki kekuatan terhadap perusahaan.
Analisis faktor internal menghasilkan enam kekuatan dan delapan kelemahan. Faktor kekuatan Fishing Valley adalah:
(1) pembagian kerja karyawan jelas dan pemberian motivasi pada karyawan tinggi,
(2) konsep wisata mancing yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi keluarga,
(3) lokasi usaha strategis dan suasana alam yang nyaman,
(4) teknologi dalam promosi dan pelayanan,
(5) rencana pengembangan fasilitas, dan
(6) memiliki karyawan yang berpengalaman dalam pengelolaan ikan.
Faktor-faktor yang menjadi kelemahan yaitu:
(1) pengelolaan usaha bertumpu pada manajer operasional serta belum memiliki bagian pemasaran dan keuangan,
(2) harga dan kualitas produk restoran kurang sesuai,
(3) pelayanan karyawan restoran lambat dan kurang tanggap saat padat pengunjung,
(4) promosi dan pengelolaan pengunjung belum optimal,
(5) keakraban dan relasi dengan para pemancing masih kurang,
(6) penggunaan dana pinjaman bank,
7) pengelolaan teknis kolam pemancingan kurang baik serta
(8) pengelolaan informasi manajemen dan pencatatan keuangan masih sederhana.
Matriks IE menempatkan posisi Wisata Mancing Fishing Valley pada sel ke V yaitu jaga dan pertahankan (hold and maintain) dengan strategi yang sesuai yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk. Matriks SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi yang dikembangkan dalam empat tipe strategi yaitu strategi SO, WO, ST dan WT.
Analisis QSPM memperingkatkan delapan strategi yang dapat diimplementasikan oleh Fishing Valley dengan prioritas sebagai berikut:
(1) meningkatkan kebersihan kolam pemancingan dan menambah ketersediaan jumlah ikan di kolam pemancingan galatama,
(2) meningkatkan aktifitas promosi,
(3) merealisasikan pengembangan fasilitas pada lahan tersisa disertai dengan perbaikan dan pembenahan pada fasilitas yang sudah ada,
(4) mengkaji ulang kesesuaian harga dan kualitas produk restoran,
(5) merekrut karyawan untuk bagian pemasaran dan keuangan, menambah karyawan restoran (tidak tetap) pada hari Sabtu, Minggu dan libur, serta meningkatkan kompetensi karyawan,
(6) membuat sistem keanggotaan bagi konsumen (sistem member),
(7) mengoptimalkan pengelolaan pengunjung, dan
(8) memperluas relasi dan meningkatkan kerjasama dengan instansi atau perusahaan terkait dengan wisata mancing rombongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentarnya Disini...................