BUDIDAYA
TANAMAN GAHARU
BUDIDAYA TANAMAN GAHARU
DENGAN MODEL ROTASI DAN
MULTIPLE CROPING
A. Tujuan.
Tanaman
gaharu tidak memerlukan suatu persyaratan tumbuh yang istimewa. Tanaman yang
berasal dari hutan tropis ini tumbuh subur di daerah lahan tropis. Saat pohon
gaharu berumur sekitar 5-8 tahun, pohon yang tumbuh seperti pohon hutan alam
itu perlu disuntik dengan obat pemuncul getah. Panen dengan produksi optimal
pada umur 10 tahun.
Selain
dapat tumbuh di kawasan hutan, pohon gaharu juga dapat tumbuh di pekarangan
warga. Karena itu sebenarnya warga memiliki banyak kesempatan untuk menanam
pohon yang menghasilkan getah wangi ini. Beberapa jenis tumbuhan berpotensi
untuk memproduksi gaharu sudah dieksplorasi. Jenis tumbuhan itu meliputi Aquilaria spp, Aetoxylon
sympetallum, Gyrinops, dan Gonsystylus.
Berbagai
jenis tumbuhan itu tersebar di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara,
dan Papua. Tetapi, keberadaannya sekarang mulai langka.
Gaharu
(Aquilaria
Malaccensis) mulai berproduksi pada
umur 5 tahun yaitu mulai dirangsang dengan dilukai dan diberi zat
perangsang tumbuh getah. Budidaya gaharu yang diambil adalah mulai dari kayu,
cabang dan paling utama adalah getahnya.
Teknik
budi daya gaharu dengan cara penginfeksian jamur pembentuk gaharu ke dalam
batang pohon potensial. Isolat jamur penginfeksi atau pembentuk gaharu sudah
dieksplorasi Balitbang Kehutanan dengan hasil diperoleh dari genusFusarium dan Cylindrocarpon.
Saat
ini diperoleh dari genus Fusarium sebanyak
23 isolat jamur. Empat isolat jamurFusarium paling
cepat menginfeksi kayu berpotensi menjadi gaharu
Banyaknya
getah yang dihasilkan dari pohon gaharu tergantung dari masa tanam dan panen
pohon tersebut. Misalnya untuk usia tanam selama 9 sampai 10 tahun, setiap
batang pohon mampu menghasilkan sekitar 2 kilogram Gaharu itu sendiri sebagai
hasil persenyawaan enzim jamur tertentu yang menginfeksi kayu jenis tertentu
pula. Persenyawaan itu menghasilkan damar wangi yang kemudian dikenal sebagai
gaharu.
Kayu
yang mengandung damar wangi atau gaharu kategori paling bagus atau kelas super
mencapai harga Rp 50 juta per kilogram. Melalui metode penyulingan, gaharu
umumnya dimanfaatkan sebagai pewangi.
Selama
ini gaharu alam yang paling bagus disebut gaharu super yang berwarna hitam
pekat, padat, keras, mengilap, dan beraroma kuat khas gaharu. Gaharu super
tidak menampakkan serat kayunya. Bentuknya seperti bongkahan yang di dalamnya
tidak berlubang.
”Klasifikasi
mutu gaharu ditetapkan ada enam, berturut-turut dari yang paling bagus, yaitu
kelas super, tanggung, kacangan, teri, kemedangan, dan cincangan,” kata
Sulistyo.
Kelas
cincangan merupakan potongan kecil-kecil dari kayu yang terinfeksi menjadi
gaharu. Meskipun tidak berwarna kehitaman atau tidak mengandung getah gaharu,
kelas cincangan masih menunjukkan aroma khasnya. Biasanya, gaharu ini digunakan
untuk pembuatan dupa atau hio.
Dalam
proses produksi gaharu buatan, yang sangat penting dikuasai adalah proses
pembenihan, persemaian, penanaman, dan pemeliharaan pohon-pohon berpotensi
Melihat
adalah hutan- hutan yang dibangun dan dikelola oleh rakyat, kebanyakan berada di
atas tanah milik atau tanah adat meskipun ada pula yang berada di atas tanah
Negara atau kawasan hutan negara. Program Hutan Tanaman Rakyat juga
menjawab adanya kesenjangan antara peningkatan kesejahteraan gaharu dan
memperoleh keuntungan dari pohon yang menghasilkan produk bernilai tinggi.
Ada 3 prinsip penyelenggaraan Tanaman Gaharu, yaitu:
1.
Masyarakat mengorganisasikan dirinya berdasarkan kebutuhan, pembangunan tanaman
gaharu yang berkesinambungan. Pada lahan tersebut dengan memanfaatkan
seoptimal mungkin waktu yang ada dengan sistem multiple cropping.
2.
Multiple cropping yaitu memanfaatkan lahan sewaktu tanaman utama (gaharu
masih kecil) dengan ditanamai kedelai. Fungsi tanaman kedelai selain
menghasilkan juga sebagai pengurangai biaya pengendalian gulma, juga
menyuburkan tanah.
3.
setelah tahun ke 3, diantara tanaman gaharu dapat dibudidayakan tanaman
yang tidak membutuhkan sinar matahari seperti rempah-rempah (jahe, kencur,
temulawak, dll)
Sasaran program Tanaman Gaharu
dengan Multicroping
Tanaman
Gaharu merupakan tanaman elite artinya untuk menghasilkan produk yang
diharapkan memerlukan biaya yang sangat mahal. Biaya mahal tersebut karena
digunakan teknologi inokulasi yang sampai saat ini masih mahal. Rata-rata biaya
per tanaman dapat mencapai antara Rp. 300.000,- sampai Rp 600.000,- per pohon.
Dengan
tingginya biaya tersebut maka sasaran program tanaman gaharu adalah:
1.
Jumlah sedikit, atau di bawah 100 pohon dapat menyatu dengan tanaman
pekarangan. Maka sasaran budidaya dapat ke seluruh petani yang ada.
2.
Jika berbentuk kawasan, maka sasaran dapat berupa sekelompok petani. Sehingga
biaya yang digunakan dapat ditanggung oleh pemiliknya dengan demikian
dapat membentuk kawasan cukup luas.
3.
Jika dilakukan secara perkebunan khusus, maka diperlukan pengusaha Kawasan
hutan produksi yang tidak produktif, tidak dibebani hak/izin, letaknya
diutamakan dekat dengan industri hasil hutan dan telah ditetapkan
pencadangannnya sebagai lokasi Hutan Tanaman Rakyat atau hutan reboisasi.
4.
Kegiatan yang menjadi sasaran program adalah terwujudnya kawasan hutan Gaharu
yang dapat dilakukan sebagai kawasan hutan produktif.
5.
Sebagai tempat atau kawasan percontohan untuk masayarakat sekitar program dalam
budidaya tanaman hutan yang produktif.
B. Model / Pola Budidaya Tanaman
Gaharu system Rotasi dan Multiple cropping.
Pada
kegiatan budidaya tanaman gaharu, dapat dilakukan pada lahan sedikit di
pekarangan atau di lahan luas dalam bentuk perkebunan, misalnya: luas antara 8
sampai 15 hektar. Areal tersebut dikelola dengan menanam tanaman hutan yang
diharapkan dapat dimanfaatkan untuk produksi yang menjanjikan
Namun
selama menunggu waktu sampai produksi, masayrakat perku ada penyangga kebutuhan
pangan dan menambah pendapatan selama pertumbuhan tanaman hutan maka diantara
tanaman hutan dibudidayakan tanaman pangan yang berfungsi sebagai tanaman sela.
Model
atau pola tanam yang direncanakan/ diharapkan adalah pola tanam yang
berkesinambungan. Artinya dalam luasan areal yang diberikan penanaman
tanaman gaharu dilakukan secara periodik tertentu, dengan demikian panen
tanaman gaharu dapat dilakukan secara periodik juga. Hal tersebut berkelanjutan
dari tahun ke tahun sehingga penanaman dan panenan terus berlangsung.
Model
di atas hanya salah satu dari model yang digunakan untuk pengembangan yang
berkelanjutan. Penentuan Model/ Pola tanam budidaya rotary dan multiple
cropping:
Beberapa
hal yang mempengaruhi untuk budidaya gaharu dengan system rotasin dan multiple
cropping ini adalah:
1.
Umur tanaman gaharu yang rencananya di panen
2.
Jarak tanam yang dilakukan untuk tanaman gaharu.
3.
Luasan lahan yang di olah.
Contoh 1.
Usaha
gaharu dalam luasan besar misalnya 120 ha, dengan menanam tanaman gaharu
yang dapat dipanen dalam waktu 10 tahun. Dia berkeinginan menanam setiap
tahun maka luas lahan per tahun adalah 120/10 ha atau 12 ha. Model atau Pola
tanam yang dibuat adalah
Tahun
1 = 12 ha; tahun 2 = 12 ha, tahun 3 = 12 ha..... tahun 8 = 12 ha. Untuk tahun
ke 9 dilakukan panen 12 ha dan untuk tahun ke 10 tanam 12 ha dan panen
12 ha, dst ...
Dapat
digambarkan sebagai berikut:
Berdasarkan
tabel di atas bahwa penanaman dilakukan setiap tahun sedangkan panen dilakukan
setiap tahun mulai tahun ke 10 sampai seterusnya.
A. Tanaman Sela Sebagai Pendukung Tanaman
Hutan
Pada
budidaya di tanaman Gaharu selain tanaman utama yaitu tanaman gaharu termasuk
tanaman keras, dalam pelaksanaannya dilakukan dengan sistem tumpang sari.
Sebagai
tanaman sela untuk tahun pertama, kedua dan ketiga adalah tanaman
kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai, kacang hijau). Tanaman sela dilakukan
pada tanaman hutan semenjak pengolahan sampai pada tanaman hutan berumur 3
tahun setelah tanam. Untuk tanaman sela disarankan tanaman yang mempunyai
beberapa kriteria diantaranya: (a) Tanaman pangan atau hortikultura yang
menghasilkan dan berharga. (b) Dapat berdampingan dengan tanaman hutan dalam
hal ini sebagai tanaman utama, Sedangkan pada tahun ke 4 sampaui pada tahun
ke 9 dapat dilakukan dengan menanam tanaman rempah (jahe, kencur, temulawak,
dll).
Tujuan
dari pemberian tanaman sela tersebut adalah:
1.
Memberikan pendapatan bagi masyarakat yang mengelola tanaman tersebut untuk
mendapatkan hasil dari tanaman sela selama menunggu hasil panen tanaman gaharu.
2.
Menjaga dan memelihara tanah dari kerusakan..
Dengan
menanam di lahan antara tanaman hutan yang masih kecil maka tanah tertutup
tanaman sela sehingga dari erosi, kerusakan dan lain-lain dapat ditanggulangi.
3.
Disamping itu, perawatan yang diberikan pada tanaman sela dapat sekaligus
merawat tanaman hutan.
Sesuai
dengan tujuan penggunaan tanaman sela tersebut di atas maka tanaman sela
dilakukan minimal 1 kali dalam satu tahun. Dan akan lebih baik jika
dilakukan 2 kali dalam satu tahun untuk mengurangi kerusakan lahan akibat tidak
digunakan. Namun untuk daerah kering dimungkinkan hanya sekali dalam setahun.
B. Budidaya Tumpangsari antara Tanaman
Gaharu dan Tanaman Kedelai (kacang-kacangan).
1.
Penentuan Model/ pola tanam.
Bedasarkan
luas lahan yang digarap dan jenis tanaman maka ditentukan model / pola
tanam yang akan digunakan ( lihat di atas), yang perlu diperhatikan dalam
penentuan model / pola tanam adalah:
-
Penentuan komodite yang akan ditanam (umur), nilai tanaman, tujuan
kegunaan.
-
Pembagian luas lahan per tahun (lihat contoh ) untuk menghitung luas lahan).
2.
Persiapan lahan.
Lahan
yang digunakan untuk hutan tanaman rakyat bermacam-macam. Ada lahan yang
berasal dari semak belukar, tegalan, ladang, hutan skundair, tanah kritis,
lahan tidur, dan lain sebagainya. Sebagian besar merupakan lahan yang kurang
subur. Sebab pada umumnya lahan yang subur sudah digunakan sebagai lahan
pertanian. Untuk mempersiapkan lahan tersebut dilakukan pembersihan (land clearing). Jenis lahan dengan kondisi yang berbeda maka land
clearing pun berbeda-beda.
3.
Persiapan sarana dan prasarana Budidaya.
Sarana
dan prasarana yang dibutuhkan untuk kegiatan Budidaya Hutan Tanaman Rakyat
adalah:
Peralatan:
Peralatan
pertanian disesuaikan dengan obyek lahan yang digarap, baik untuk
persiapan maupun peralatan selama perawatan tanaman gaharu dan tanaman pangan
sebagai tanaman sela (kedelai)
Bahan:
a)
Bibit tanaman gaharu dan benih tanaman pangan.
Terdapat
beberapa bibit yang dipersiapkan dalam budidaya tanaman rakyat yaitu:
-
Bibit tananam gaharu, dalam hal ini tergantung dari tanaman yang dipilih sesuai
jenis tanaman. Pilihlah bibit yang sehat, dan mempunyai pertumbuhan lurus,
tidak patah dan lain-lain.
-
Benih tanaman sela (kedelai dan rempah-rempah)
b)
Pupuk.
Pada
umumnya lahan yang digunakan untuk Hutan Tanaman Rakyat bukan merupakan tanaman
subur, namun berasal dari lahan tidur, lahan hutan sekunder, ladang, tegalan,
pekarangan, dll.
Untuk
itu, perlu adanya cara yang tepat pemberian bahan untuk pembenahan lahan yang
dapat meningkatkan kesuburan di lahan. Sesuai permasalahan tersebut maka
penggunaan pupuk hayati Bio P 2000 Z merupakan pemecahan yang tepat untuk
memecahkan masalah tersebut. Pupuk lainnya seperti Urea, Phospat, KCl masih
diperlukan sebagai bahan unsur hara yang mempunyai kandungan N, P dan K
tersedia cukup banyak.
Karena
Hutan Tanaman Rakyat berbentuk budidaya tumpang sari antara tanaman hutan dan
tanaman pangan sebagai tanaman sela maka jadwal dan dosisi pemupukan dilakukan
pada tanaman sela.
c)
Pestisida
Penggunaan
pestisida disesuaikan dengan serangan hama yang ada. Prinsip-prinsip
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) harus diterapkan untuk menjaga keseimbangan dan
kelestarian alam.
4.
Teknik Budidaya.
Teknik
budidaya yang diuraikan di sini adalah teknik budidaya di tanaman gaharu
dengan sistem tumpang sari dengan tanaman pangan. Pada tahun
pertama dilakukan penanaman hutan dan penanaman tanaman sela. Sesuai dengan kondisi
cuaca di lokasi budidaya tanaman, jika dimungkinkan sebaiknya tanaman
pangan dilakukan 2 kali dalam satu tahun.
a.
Pembibitan Tanaman Gaharu.
Pembibitan
tanaman hutan dilakukan oleh para penyedia bibit. Teknik pembibitan tanaman
bermacam-macam, pembibitan dengan teknik sederhana sampai pada teknik kultur
jaringan. Demikian pula masing-masing tanaman mempunyai teknik pembibitan yang
berlainan.
b.
Penanaman Tanaman Gaharu.
Budidaya
hutan tanaman rakyat menggunakan sistem tumpang sari. Agar penanaman dapat
berhasil dengan baik antara tanaman hutan dan tanaman pangan membutuhkan
tanaman pokok yang tertata rapi. Hal ini dapat dilakukan jika jarak tanam
tanaman pokok dibuat sama. Untuk mendapatkan jarak tanam yang sama tersebut
maka dibantu dengan sistem pengajiran sebelum dilakukan penggalian untuk tempat
tanaman hutan ditanam.
Jarak
tanam tergantung dari jenis tanaman akan ditanam.
Komodite
tanaman hutan yang diusahakan tergantung dari tujuan dan waktu yang akan
dipanen. Beberapa tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman hutan adalah”
c.
Penamanan Tanaman Sela.
Penentuan
tanaman sela dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan diantaranya: mempunyai
pangsa pasar tinggi, sesuai dengan iklim dan ekologi lingkungan, mudah
perawatan, dapat menunjang kebutuhan pangan pemiliknya.
d.
Perawatan.
Perawatan
tanaman gaharu dalam budidaya pertumbuhan tidak terlalu sulit. Karena perawatan
dilakukan seperti tanaman perkebunan lainnya.
Hal
yang perlu diperhatikan dalam perawatan gaharu yang paling penting adalah
perlakukan untuk menginfeksi gaharu dengan inokulan dengan tujuan agar gaharu
mengeluarkan getahnya.
Teknik Inokulasi Gaharu:
Hal
yang paling penting pada budidaya gaharu adalah dapat berproduksi getah
yang banyak dan berkualitas. Untuk memperoleh tersebut perlu dibantu dengan
teknik inokulasi pada pohon gaharu tersebut.
Cara atau teknik inokulasi gaharu adalah sebagai berikut:
a)
Pengadaan isolate: tugas para pemasok isolate.
b)
Produksi inokulan : tugas para pemasok inokulan
c)
Pengadaan alat dan perlengkapan berupa: genset, bor dan mata bor, pipa, air
stiril, botol infuse).
d)
Teknik inokulasi: pilih pohon (diameter : 15 up) design lubang bor (spiral
bor), tentukan jarak bor, mengebor batang dengan kedalaman 1/3 diameter,
masukkan inokulan dan tutup dengan malam. Lakukan proses ini dengan cepat dan
stiril.
e)
Observasi : setelah 1 – 2 bulan, amatilah laju infeksi penyakit dengan membuka
kulit batang di sekitar lubang pengeboran.
Bila
berubah warna dan ada tanda infeksi dan cek telah berbau gaharu maka dapat
dinyatakan berhasil.
Sumber tulisan
Dr.
Ir. Listyanto, MSc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentarnya Disini...................