ASPEK
KEUANGAN BUDIDAYA BANDENG
PEMILIHAN
POLA USAHA
Seperti
dijelaskan pada bab IV bahwa budidaya bandeng terdiri dari 3 kegiatan yang
dapat dilakukan secara terpisah atau bersamaan tergantung kepada kemampuan
pengelolaan pengusaha. Dalam pola pembiayaan ini dipilih usaha gabungan dari
dua kegiatan yakni, (a). pendederan dan (b). pembesaran dengan pola usaha
monokultur. Tingkat teknologi yang digunakan adalah semi intensif dengan
kriteria sebagai berikut, (a). spesifikasi tambak lebih sederhana dari pada tambak
intensif penuh (b). pemberian pupuk sesuai standar tambak intensif (c).
pemberian pakan adalah 60% dari pemberian pakan secara intensif.
Skala usaha
dilihat dari tambak kotor adalah 20.000 m2, lahan tersebut 70% untuk
tambak dan 30% sisanya untuk pematang dan peruntukan lainnya. Dari luas tambak
bersih, 14.000 m2 dibagi menjadi 4 petak tambak masing-masing seluas
3.500 m2. Satu petak (3.500 m2) digunakan untuk
pendederan dan 10.500 m2 untuk tambak pembesaran. Hasil panen
pendederan yang berupa glondongan sebagian dijual dan sebagian lagi untuk
dipelihara di tambak pembesaran. Hasil tambak pembesaran yang berupa bandeng
konsumsi seluruhnya dijual.
Pemilihan
tingkat teknologi dan luas tambak tersebut didasarkan pada kenyataan di
Kabupaten Sidoarjo. Dalam skala yang bervariasi masyarakat petambak Sidoarjo
sebagian besar menggunakan pola pemeliharaan dengan sistim semi intensif.
Sementara luas tambak didasarkan pada rata-rata pemilikan tambak per rumah
tangga.