Pengorganisasian
1. PENGORGANISASIAN DAN STRUKTUR ORGANISASI
Dalam kehidupan nyata, orang-orang bekerja bersama-sama
untuk mencapai suatu tujuan bersama, kegiatan yang dilakukan tersebut
menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional atau biasa disebut dengan
istilah �organisasi�. Organisasi dalam hal
ini bisa terdapat pada badan usaha, instansi pemerintah, lembaga pendidikan,
militer, kelompok masyarakat atau suatu perkumpulan olah raga.
Suatu organisasi perlu
untuk mengalokasikan dan menugaskan kegiatan diantara para anggotanya agar
tujuan dari organisasi tersebut dapat tercapai dengan efisien. Oleh karena itu,
didalam bab ini akan diungkapkan mengenai bermacam-macam aspek proses
pengorganisasian yang tentu saja berkenaan dengan pencapaian tujuan organisasi.
Kata Organisasi
mempunyai dua pengertian umum. Pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau
kelompok fungsional, seperti organisasi perusahaan, rumah sakit,
perwakilan pemerintah atau suatu perkumpulan olah raga. Pengertian kedua
berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu cara dalam mana
kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar
tujuan organisasinya dapat tercapai dengan efisien.
Pengorganisasian
(Organizing) merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan
tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan
yang melingkupinya. Dua aspek utama proses penyusunan struktur organisasi
adalah departementalisasi,
yaitu merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar
kegiatan-kegiatan yang sejenis yang saling berhubungan dapat dikerjakan
bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur formal suatu organisasi, dan
tampak atau ditunjukkan oleh suatu bagan organisasi. Pembagian kerja adalah pemerincian
tugas pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab untuk
dan melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas. Kedua aspek ini merupakan
dasar proses pengorganisasian suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara efisien dan efektif.
1.1 PENGERTIAN PENGORGANISASIAN
Istilah
pengorganisasian mempunyai bermacam�macam pengertian. Istilah
tersebut dapat digunakan untuk menujukkan hal-hal berikut ini :
1. Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang
paling efektif sumberdaya-sumberdaya keuangan, fisik, bahan baku, dan tenaga
kerja organisasi.
2. Hubungan-hubungan antara fungsi, jabatan, tugas, dan para karyawan.
3. Cara dalam mana para manejer membagi lebih lanjut tugas-tugas yang
harus dilaksanakan dalam departemen mereka dan mendelegasikan wewenang yang
diperlukan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Dari tiga hal diatas
dapat disimpulkan bahwa Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal,
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara
para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien.
1.2 STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi
(desain organisasi) dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal
dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukan kerangka dan
susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi,
bagian-bagian atau posisi-posisi, atau pun orang-orang yang menunjukan
kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam
organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialis kerja, standarlisasi,
koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan
besaran (ukuran) satuan kerja.
Ada pun faktor-faktor
utama yang menentuka perancangan struktur organisasi adalah sebagai berikut :
1. Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya. Strategi
menjelaskan bagaimana aliran wewenang dan saluran komunikasi dapat disusun
diantara para pimpinan dan bawahan.
2. Teknologi yang digunakan. Perbedaan teknologi yang digunakan
untuk memproduksi barang- barang atau jasa akan membedakan struktur organisasi.
Contoh : Perusahaan mobil yang digunakan teknologi industri masal
akan memerlukan tingkat standarisasi dan spelisasi yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan pakain jadi yang mengutamakan perubahan mode.
3. Angota (pegawai/karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam
organisasi. Kemampuan dan cara berpikir para anggota, serta kebutuhan mereka
untuk bekerja sama harus diperhatikan dalam merancang struktur organisasi.
Kebutuhan menejer dalam pembuatan keputusan juga akan mempengaruhi saluran
komunikasi, wewenang dan hubungan diantara satuan kerja pada rancangan struktur
organisasi.
Contoh : pelanggan, supplier dan sebagiannya perlu dipertimbangkan dalam
penyusunan struktur.
4. Ukuran organisasi. Besarnya organisasi secara keseluruhan
maupun satuan kerjanya yang sangat mempengaruhi struktur organisasi.Semakin
besar ukuran organisasi, struktur organisasi akan semakin kompleks dan harus
dipilih struktur yang tepat.
Unsur � unsur struktur
organisasi terdiri dari :
1. Spesialisasi kegiatan
2. Standarisasi kegiatan
3. Koordinasi kegiatan
4. Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan
5. Ukuran satuan kerja
1.3 KELOMPOK-KELOMPOK KERJA FORMAL, ORGANISASI
Organisasi formal
1. Pembagian kerja
2. Manejer dan bawahan atau rantai perintah
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4. Pengelompokkan segmen pekerjaan
5. Tingkat menajemen
Organisasi mempunyai
tiga tipe utama kelompok-kelompok kerja formal, yaitu:
1. Kesatuan tugas khusus (task forces)
2. Panitia : – Tetap (standing committess) disebut juga panitia
struktural
-
Tidak tetap (ad hoc)
3. Dewan (boards) dan komisi
Kesatuan kerja khusus
atau tim proyek dibentuk untuk menangani suatu masaalah atau tugas khusus.
Kesatuan ini keberadaannya hanya sampai tugas yang disampaikan atau masalah
dipecahkan, kesatuan tugas biasanya dibentuk untuk menangani masalah dan tugas
yang kompleks dan melibatkan beberapa satuan kerja organisasi. Kelompok tugas biasanya
meliputi para wakil (para pembuatan keputusan) dari satuan organisasi ditambah
para ahli yang secara teknis yang diperlukan untuk menangani masalah atau
tugas.
Panitia tetap (standing
committess ) dan panitia Ad hoc.
Panitia tetap (dikenal sebagai panitia sruktural) adalah bagian tetap dari
struktur suatu organisasi yang dibentuk untuk menangani tugas yang
terus-menerus ada dalam organisasi seperti panitia anggaran, panitia
pengembangan, produk baru, panitia pembelian, dsb. Panitia ini biasanya membuat
rekomendasi formal kepada menejer tingkat atas atau mempunyai wewenang untuk
membuat keputusan sendiri bagi suatu kegiatan organisasi yang terbatas. Panitia
Ad Hoc mempunyai fungsi yang serupa dengan panitia tetap, hanya tidak bersifat
tetap.
Tujuan dibentuknya
panitia manajemen adalah untuk mengkoordinasikan dan mempertukarkan informasi,
memberi saran manajemen, puncak atau bahkan membuat keputusan sendiri.
Kegunaan Panitia
Bila beberapa orang
dengan latar belakang dan pengalaman berbeda digabung bersama, berarti ada
sejumlah pengetahuan yang lebih besar dan biasanya yang banyak pendekatan yang
akan diidentifikasikan dan pemecahan masalah dibanding bila
ditangani seseorang. Berbagai kegunaan yang ditimbulkan panitia adalah :
1. Keputusan dengan kualitas yang lebih baik
2. Meningkatan penerimaan
3. Memperbaiki koordinasi
4. Tempat latihan bagi manejer
5. Penyebaran kekuasaan
6. Menghindarkan konsekuensi yang tidak menyenangkan
Kerugian Panitia
Adapun kerugian-kerugian yang
dapat ditimbulkan panitia adalah :
1. Pemborosan waktu dan uang
2. Dominasi individu
3. Adanya persetujuan dan kompromi terlebih dahulu
4. Kurangnya tanggung jawab
ORGANISASI INFORMAL
Salah satu bagian
penting organisasi adalah pengelompokkan informal dan hubungan-hubungan pribadi
yang dapat lebih berpengaruh dibanding dengan hubungan formal seperti yang
ditunjukkan bagan organisasi.
Argiyris mengemukakan empat
bidang utama dimana bidang organisasi formal dan informal berbeda :
1. Hubungan-hubungan antar
pribadi. Hubungan-hubungan antar pribadi didalam organisasi formal
digambarkan jelas, sedangkan dalam organisasi informal tergantung pada
kebutuhan-kebutuhan mereka.
2. Kepemimpinan. Para
pemimpin dirancang dan ditentukan dalam formal serta muncul dan dipilih dalam
informal.
3. Pengendalian perilaku.
Organisasi formal mengendalikan perilaku karyawan melalui penghargaan dan
hukuman, sedangkan kelompok informal mengendalikan para anggota dengan
pemenuhan kebutuhan.
4. Ketergantungan.
Karena kapasitas pemimpin formal terletak pada penghargaan dan hukuman,
bawahan-bawahan lebih tergantung dari pada para anggota suatu kelompok
informal.
Walaupun ada perbedaan tersebut
adalah suatu kesalahan bila menganggap kelompok formal dan informal sebagai dua
kesatuan organisasi yang terpisah. Keduanya hidup bersama dan tidak dapat
dipisahkan setiap organisasi formal selalu mempunyai organisasi informal dan
setiap organisasi informal brkembang dalam berbagai tinkatan formal.
Fungsi � fungsi yang
dilaksanakan kelompok informal sbb:
1. Menetapkan, memperkuatkan dan meneruskan norma-norma dan
nilai sosial budaya penting para anggota kelompok.
2. Memberikan dukungan terhadap tujuan organisasi dan bantuan
terhadap tugas manajer.
3. Menstimulasi komunikasi efektif dan dinamik sebagai alat
komunikasi tambahan
4. Memberikan kepuasan dan status sosial kepada anggota yang
tidak dapat diberikan organisasi formal.
Masalah yang diciptakan. Kelompok informal ini
walaupun tidak ditetapkan secara formal oleh organisasi, dapat ditimbulkan berbagai
masaalah bagi manejer. Masalah tersebut antara lain adalah bahwa kelompok
informal menciptakan koflik, mendorong penolakan terhadap perubahan,
menghidupkan dan menyebarkan desas-desus, dan mengembangkan keseragaman
diantara anggota termasuk pembatasan pelaksanaan kegiatan.
Sikap manajemen
terhadap organisasi informal. Kelompok informal tidak dapat dihindarkan
kehadirannya, dan manajemen akan melakukan tindakan sia-sia dan bila
mencoba menetang dan menghapuskannya hal ini akan menimbulkan konflik terus-
menerus. Sikap manajemen yang baik adalah memahami, mencari penyesuaian, dengan
melakukan kerja sama yang saling menguntungkan kelompok informal. Manajemen
organisasi formal lebih memusatkan perhatian untuk memelihara kesatuan untuk
pencapaian tujuan organisasi, dan organisasi informal memberikan kepaduan,
kerjasama dan kepuasan sosial bagi para anggota organisasi.
2. DEPARTEMENTALISASI
Depertemenlisasi adalah
: proses penentuan cara bagaimana kegiatan yang dikelompokkan. Beberapa bentuk departemenlisasi sbb :
1. Fungsi
2. Produk atau jasa
3. Wilayah
4. Langganan
5. Proses atau peralatan
6. Waktu
7. Pelayanan
8. Alpa – Numeral
9. Proyek dan matriks
2.1. DEPARTEMENTALISASI FUNGSIONAL
Departementalisasi
fungsional mengelompokkan fungsi-fungsi yang sama atau kegiatan-kegiatan
sejenis untuk membentuk suatu satuan organisasi. Semua individu-individu yang
melaksanakan fungsi yang sama dikelompokkan bersama, seperti seluruh personalia
penjualan, akuntansi, programmer komputer, dan sebagainya.
Organisasi fungsional
ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar
departementalisasi. Gambar 6.1 menunjukkan departementalisasi fungsional yang
digunakan pda tingkatan manajemen puncak dalam membagi empat fungsi utama
bisnis�produksi,
pemasaran, keuangan dan personalia (kepegawaian).
Kebaikan pendekatan
fungsional. Kebaikan utama pendekatan fungsional adalah bahwa pendekatan ini menjaga
kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama, menciptakan efisiensi melalui
spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi, dan memungkinkan pengawasan
manajemen puncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi. Pendekatan ini cocok untuk
lingkungan yang stabil serta memerlukan koordinasi internal yang minimum,
membutuhkan lebih sedikit ketrampilan-ketrampilan dasar pribadi, dan
meminimumkan duplikasi personalia dan peralatan dari segi biaya.
Kelemahan struktur
fungsional. Bagaimanapun juga, pendekatan fungsional mempunyai berbagai kelemahan.
Struktur fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan
kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan, memberikan tanggapan
lebih lambat terhadap perubahan, hanya memusatkan pada kepentingan
tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota berpandangan lebih sempit serta
kurang inovatif.
Koordinasi antara dan
di antara fungsi-fungsi menjadi kompleks dan lebih sulit sejalan dengan
pertumbuhan organisasi. Tanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan kegiatan
berhenti hanya sampai puncak.
2.2. DEPARTEMENTALISASI DIVISIONAL
Banyak perusahaan
besar, dengan banyak jenis produk, diorganisasikan menurut struktur organisasi
divisional. Bila departementalisasi perusahaan menjadi terlalu komplek dan
tidak praktis bagi struktur fungsional, manajer perlu membentuk divisi-divisi
semi otonomi, dimana setiap divisi merancang, memproduksi dan memasarkan
produknya sendiri.
Organisasi divisional
dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk, wilayah (geografis),
langganan, dan proses atau peralatan.
Struktur organisasi
divisional atas dasar produk. Setiap departemen bertanggung jawab atas suatu
produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk). Divisionalisasi
produk adalah pola logik yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai
teknologi pemrosesan dan metoda-metoda pemasaran yang sangat berbeda satu
dengan yang lain dalam organisasi (lihat gambar 6.2). Dalam gambar terlihat
bahwa perusahaan diorganisasikan atas dasar produk pada tingkat manajer umum,
dan pada tingkat selanjutnya menggunakan pendekatan fungsional.
Struktur Organisasi
divisional atas dasar wilayah. Departementalisasi wilayah, kadang-kadang juga
disebut departementalisasi daerah, regional atau geografis, adalah
pengelompokan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi berlokasi atau
dimana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya. Faktor-faktor lokasi yang
terutama menjadi pertimbangan adalah sumber bahan mentah, pasar dan tenaga
kerja. Perusahaan yang menjual produknya diberbagai wilayah yang tersebar luas,
dapat membaginya menjadi kelompok-kelompok wilayah dengan manajer tersendiri
(area manager) untuk setiap wilayah. Perusahaan-perusahaan jasa, perbankan dan
peruahaan-perusahaan bukan manufakturing lainnya lazin diorganisasikan atas
dasar wilayah, dengan membuka kantor-kantor cabang. Sebagai contoh
departementalisasi atas dasar wilayah dalam suatu perusahaan manufacturing
dapat dilihat pada gambar 6.3.
Struktur organisasi
divisional atas dasar langganan. Departementalisasi langganan adalah pengelompokan
kegiatan-kegiatan yang dipusatkan pada penggunaan produk atau jasa tertentu.
Pembentukan divisi ata dasar langganan ini terutama digunakan dalam
pengelompokan kegiatan-kegiatan penjualan atau pelayanan, dan diperlukan bila
suatu divisi menjual sebagian besar atau semua produknya kepada suatu kelas
langganan tertentu. Sebagai contoh, perusahaan elektronika mungkin mempunyai
divisi-divisi yang terpisah untuk langganan militer, industri dan konsumen.
Sebagai suatu pedoman umum, perusahaan-perusahaan manufacturing dengan garis
produk yang sangat beraneka ragam cenderung diorganisasikan atas dasar
langganan atau produk (lihat gambar 6.4)
Struktur organisasi
divisional atas dasar proses atau peralatan. Departementalisasi proses atau
peralatan adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan atas dasar proses atau
peralatan produksi. Hal ini sering dijumpai dalam departemen produksi.
Kegiatan-kegiatan suatu pabrik menufacturing dapat dikelompokkan menjadi
departemen-departemen pemboran, penggilingan, penggergajian, perakitan dan
penyelesaian terakhir. Tipe departementalisasi ini mempunyai kegunaan bila
mesin-mesin atau peralatan-peralatan yang digunakan memerlukan
ketrampilan-ketrampilan pengoperasian khusus atau akan lebih ekonomis bila
kapasitas digunakan sepenuhnya. Pendekatan proses atau peralatan terutama
ditentukan atas dasar pertimbangan ekonomis.
Tidak seperti
departemen fungsional, suatu divisi menyerupai perusahaan yang terpisah. Kepala
divisi terutama memusatkan perhatiannya pada operasi divisinya, bertanggung
jawab atas laba atau rugi, dan bahkan mungkin bersaing dengan satuan-satuan
lainnya dalam perusahaan yang sama. Tetapi suatu divisi bukan merupakan
kesatuan yang bebas seperti halnya perusahaan yang terpisah. Dalam hal ini,
seorang manajer divisi tidak dapat membuat keputusan-keputusan sebebas pemilik
perusahaan terpisah, karena dia masih harus melaporkan kegiatannya kepada
direktur pusat. Sebagai pedoman umum, wewenang kepada divisi terbatas bila
keputusan-keputusannya akan mempengaruhi kegiatan divisi-divisi lain.
Kebaikan struktur
divisional. Organisasi atas dasar divisi mempunyai beberapa kebaikan. Kerena semua
kegiatan, keterampilan dan keahlian yang diperlukan untuk memproduksi dan
memasarkan produk dikelompokkan menjadi satu di bawah seorang kepala,
keseluruhan pekerjaan dapat lebih mudah dikoordinasikan dan prestasi kerja yang
tinggi terpelihara. Disamping itu, baik kualitas dan kecepatan pembuatan
keputusan meningkat, karena keputusan-keputusan yang dibuat pada tingkat divisi
dekat dengan kancah kegiatan. Kebaikan-kebaikan struktur organisasi divisional dapat
diperinci sebagai berikut:
1. Meletakkan koordinasi dan wewenang yang diperlukan pada tingkat
yang sesuai bagi pemberian tanggapan yang cept.
2. Menempatkan pengembangan dan implementasi strategi dekat dengan
lingkungan divisi yang khas.
3. Merumuskan tanggung jawab secara jelas dan memusatkan perhatian
pada pertanggung jawaban atas prestasi kerja, yang biasanya diukur dengan laba
atau rugi divisi.
4. Membebaskan para kepala eksekutif untuk pembuatan keputusan
strategik lebih luas dan memungkinkan konsentrasi penuh pada tugas-tugas.
5. Cocok untuk lingkungan yang cepat berubah.
6. Mempertahankan spesialisasi fungsional dalam setiap divisi.
7. Tempat latihan yang baik bagi para manajer strategik.
Kelemahan struktur
divisional. Bagaimanapun juga, struktur divisional mempunyai berbagai kelemahan. Kepentingan divisi
mungkin ditempatkan di atas tujuan dan kebutuhan organisasi keseluruhan. Setiap
divisi mempunyai para anggota staf dan spesialis sendiri, sehingga akan
meningkatkan biaya administrasi dan terjadi duplikasi ketrampilan. Kelemahan-kelemahan
struktur divisional secara lebih terperinci adalah:
1. Menyebabkan berkembangnya persaingan �dysfunctional� potensial antar sumber
daya �
sumber daya perusahaan dan konflik antara tugas-tugas dan prioritas-prioritas.
2. Masalah seberapa besar delagasi wewenang yang diberikan kepada
manajer-manajer divisi.
3. Masalah kebijaksanaan dalam alokasi sumber daya dan distribusi
biaya-biaya overhead perusahaan.
4. Dapat menimbulkan tidak konsistennya kebijaksanaan antara
divisi-divisi.
5. Masalah duplikasi sumber daya dan peralatan yang tidak perlu.
2.3. ORGANISASI PROYEK DAN MATRIKS
Bentuk organisasi
proyek dan matriks adalah tipe departementalisasi campuran (hybrid design).
Kedua struktur organisasi ini tersusun dari satu atau lebih tipe-tipe
departementalisasi lainnya. Struktur proyek dan matriks bermaksud untuk
mengkombinasikan kebaikan-kebaikan kedua tipe disain fungsional dan divisional
dengan menghindari kekurangan-kekurangannya. Pendekatan tradisional terhadap
organisasi yang telah dibahas sebelumnya tidak memberikan kemudahan dan
fleksibilitas untuk menangani kegiatan-kegiatan yang komplek dan melibatkan
keahlian dari berbagai bidang fungsional organisasi. Kedua bentuk
departementalisasi proyek dan matriks mencakup cara-cara penggabungan
personalia organisasi dengan berbagai spesialisasi untuk menyelesaikan suatu
tugas.
Kebaikan organisasi
matriks. Berbagai kebaikan organisasi matriks dapat diperinci sebagai berikut:
1. Memaksimumkan efisiensi penggunaan manajer-manajer fungsional.
2. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan karyawan dan merupakan tempat
latihan yang baik bagi manajer-manajer strategik.
3. Melibatkan, memotivasi dan menantang karyawan serta memperluas
pandangan manajemen menengah terhadap masalah-masalah strategik perusahaan.
4. Memberikan fleksibilitas kepada organisasi dan membantu
perkembangan kreativitas serta melipat gandakan sumber-sumber yang beraneka
ragam.
5. Menstimulasi kerjasama antar disiplin dan mempermudah kegiatan
perusahaan yang bermacam-macam dengan orientasi proyek.
6. Membebaskan manajemen puncak untuk perencanaan.
Kelemahan organisasi
matriks. Kelemahan-kelemahan organisasi matriks adalah:
1. Pertanggung jawaban ganda dapat menciptakan kebingunan dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang kontradiktif.
2. sangat memerlukan koordinasi horizontal dan vertikal.
3. Memerlukan lebih banyak ketrampilan-ketrampilan antar pribadi.
4. Mendorong pertentangan kekuasaan dan lebih mengarah perdebatan
daripada kegiatan.
5. Mengandung resiko timbulnya perasaan anarki.
6. Sangat mahal untuk diimplementasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentarnya Disini...................