Budidaya ternak Ayam Kampung
Pemilik bisnis beternak ayam kampung bernama Widi Nur Susanto, telah menjalani usaha ini kurang lebih duabelas tahun. Bermula dari pembibitan ayam kampung uang hanya berkapasitas 50 ekor ayam. Dan hingga sekarang telah mencapai 1.000 ekor sampai 1.500 ekor. Widi yang mengaawali Usaha Rumahan dengan Modal Kecilini membuat mesin tetas sendiri. Dari satu mesin, sekarang dia sudah punya 80 mesin tetas
Untuk pemasaran, ia mengaku awalnya bingung. Namun setelah bertahun-tahun mempelajari seluk beluk usaha ini secara autodidak, ia pun akhirnya menemukan pasar sendiri. Bibit ayam kampung ditawarkan kepada peternak ayam di Jogja, Sleman hingga Bantul.
Untuk bahan baku berupa telur, Widi mencari bibit ayam dari para pengepul di daerah pelosok, mulai dari Kopeng hingga Cepogo, Boyolali. Setiap lima hari, ia bisa mendapatkan sekitar 1.000 hingga 1.500 telur ayam kampung, dengan harga Rp1.500 per butir. Telur-telur tersebut, dimasukkan kedalam mesin tetas dengan jangka waktu selama 21 hari. Setelah menetas, harganya bisa mencapai 4.500 per ekor. Dan tingkat keberhasilan menetas biasanya hanya 60 persen.
Kemudian jika setiap 100 ekor ayam ini dipelihara secara intensif selama 70 hari, maka pada saat panen itu berat rata-rata ayam kampung sudah bisa mencapai rata-rata 9 ons per ekor. Sementara harga ayam kampung saat ini kira-kira Rp24.000 per kilogram atau harga paling rendah adalah Rp21.000 per kilogram.
Untuk cara membesarkan ayamkampung ini, tentu butuh proses. Hingga usia 3 minggu, ayam yg baru menetas harus disimpan dalam kandang pemanas. Setelah itu, dimasukkan ke kandang pembesararan dengan luas sekitar 8 meter persegi untuk 100 ekor ayam kampung. Dan selama masa pemeliharaan, ayam harus rutin diberi vaksin ND dan vitamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentarnya Disini...................