Minggu, 30 September 2012

CONTOH SURAT PERJANJIAN JUAL BELI TANAH

CONTOH SURAT PERJANJIAN JUAL BELI

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Nurjamal Budiman
Umur : 25 Tahun
Pekerjaan : Auditor
Alamat saat ini : Jl. Poros Tabone Polewali
Untuk selanjutnya disebut pihak ke I (penjual).
Nama : Budiman
Umur : 27 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat saat ini : Jl. Wonomulyo
Untuk selanjutnya disebut pihak ke II (pembeli)
Pada tanggal 28 September  2011 pihak ke I. Telah menjual, lepas/mutlak sebidang tanah darat seluas 345 M2, berikut sebuah bangunan yang terletak diatas tanah tersebut kepada pihak ke II dengan harga tunai Rp. 44.000.000,- (empat puluh empat juta rupiah). Pembayaran dilakukan dihadapan saksi-saksi dengan tunai.
Batas-batas tanah tersebut adalah sebagai berikut :
Sebelah barat : Berbatasan dengan tanah Frans Kennedy
Sebelah timur : Berbatasan dengan tanah Ahmad Forsui
Sebelah utara : Berbatasan dengan tanah fauzi Arham
Sebelah selatan : Berbatasan dengan tanah Alauddin
Bangunan terdiri dari :
Ukuran panjang dan lebar : 135 M2
Atap : Asbes
Dinding : Tembok
Lantai : Keramik
Maka, sejak tanggal 28 September 2011Tanah bangunan tersebut di atas telah menjadi hak milik pihak ke II. Pada waktu pelaksanaan jual beli tanah tersebut baik pihak ke I (penjual) maupun pihak ke II (pembeli) juga saksi-saksi semuanya meyatakan satu sama lain dalam keadaan sehat, baik jasmani maupun rohani, dan segala sesuatu dengan itikad baik.
Demikian, setelah keterangan isi jual beli ini dimengerti oleh pihak ke I dan pihak ke II, juga saksi-saksi, maka ditanda tanganilah sebagai permulaan saat pemindahan hak milik pihak ke I kepada pihak ke II.
Polewali, 28 September 2011
Tanda tangan masing-masing
Pihak Ke I (Penjual) (Nurjamal )
Pihak Ke II (Pembeli) (Budiman)
Saksi-saksi
Saksi Ke I (Hafidza)
Saksi Ke II (Zhukriatul)
Saksi Ke III ( Sumarni)
Saksi Ke IV (Emmy)

Sumber : http://massofa.wordpress.com/2010/01/20/surat-perjanjian-jual-beli-tanah-dan-rumah/

Selasa, 25 September 2012

BUDIDAYA TOMAT

BUDIDAYA TOMAT

A. FASE PRA TANAM
1. Syarat Tumbuh>
- Tomat dapat ditanam di
dataran rendah/dataran tinggi
- Tanahnya gembur, porus dan
subur, tanah liat yang sedikit mengandung pasir dan pH
antara 5 – 6
- Curah hujan 750-1250 mm/
tahun, curah hujan yang tinggi
dapat menghambat persarian.
- Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang
pertumbuhan tanaman yang
masih muda karena asimilasi CO2
menjadi lebih baik melalui
stomata yang membuka lebih
banyak, tetapi juga akan merangsang mikroorganisme
pengganggu tanaman dan ini
berbahaya bagi tanaman 2. Pola Tanam
- Tanaman yang dianjurkan
adalah jagung, padi, sorghum,
kubis dan kacang-kacangan
- Dianjurkan tanam sistem
tumpang sari atau tanaman sela untuk memberikan keadaan
yang kurang disukai oleh
organisme jasad pengganggu 3. Penyiapan Lahan
- Pilih lahan gembur dan subur
yang sebelumnya tidak ditanami
tomat, cabai, terong, tembakau
dan kentang .
- Untuk mengurangi nematoda dalam tanah genangilah tanah
dengan air selama dua minggu
- Bila pH rendah berikanlah
kapur dolomite 150 kg/1000 m2
dan disebar serta diaduk rata
pada umur 2-3 minggu sebelum tanam
- Buatlah bedengan selebar
120-160 cm untuk barisan
ganda dan 40-50 cm untuk
barisan tunggal
- Buatlah parit selebar 20-30 cm diantara bedengan dengan
kedalaman 30 cm untuk
pembuangan air.
- Berikan pupuk dasar 4 kg
Urea /ZA + 7,5 kg TSP + 4 kg
KCl per 1000 m2 diatas bedengan, aduk dan ratakan
dengan tanah
- Atau jika pakai Pupuk
Majemuk NPK (15-15-15) dosis ±
20 kg / 1000 m2 dicampur rata
dengan tanah di atas bedengan. 4. Pemilihan Bibit
- Pilih varietas tahan dan jenis
Hybryda ( F1 Hybryd )
- Bibit berdaun 5-6 helai daun
(25-30 HSS=hari setelah semai)
pindahkan ke lapangan – Untuk mengurangi stress awal
pertumbuhan perlu disiram dulu
pada sore sehari sebelum tanam
atau pagi harinya (agar lembab) B. FASE PERSEMAIAN (0-30 HSS)
- Siapkan media tanam yang
merupakan campuran tanah dan
pupuk kandang 25 – 30 kg +
Natural GLIO (1:1)
- Masukkan dalam polibag plastik atau contongan daun
pisang atau kelapa
- Sebarlah benih secara merata
atau masukkan satu per satu
dalam polibag
- Setelah benih berumur 8-10 hari , pilih bibit yang baik, tegar
dan sehat dipindahkan dalam
bumbunan daun pisang atau
dikepeli yang berisi campuran
media tanam
- Penyiraman dilakukan setiap hari (lihat kondisi tanah) C. FASE TANAM ( 0-15 HST=Hari
Setelah Tanam )
- Bedengan sehari sebelumnya
diairi ( dilep ) dahulu
- Bibit siap tanam umur 3 – 4
minggu, berdaun 5-6 – Penanaman sore hari
- Buka polibag plastik
- Benamkan bibit secara
dangkal pada batas pangkal
batang dan ditimbun dengan
tanah di sekitarnya – Sulam tanaman yang mati
sampai berumur 2 minggu,
caranya tanaman yang telah
mati, rusak, layu atau
pertumbuhannya tidak normal
dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru, dibersihkan dan
diberi Natural GLIO lalu bibit
ditanam
- Pengairan dilakukan tiap hari
sampai tomat tumbuh normal
(Jawa : lilir), hati-hati jangan sampai berlebihan karena
tanaman bisa tumbuh
memanjang, tidak mampu
menyerap unsur-unsur hara dan
mudah terserang penyakit
- Amati hama seperti ulat tanah dan ulat grayak. Jika ada
serangan semprot dengan
Natural VITURA
- Amati penyakit seperti
penyakit layu Fusarium atau
bakteri dan busuk daun , kendalikan dengan menyemprot
Natural GLIO dicampur gula pasir
perbandingan 1:1. Untuk
penyakit Virus, kendalikan
vektornya seperti Thrips, kutu
kebul (Bemissia tabaci), banci ( Aphis sp.), Kutu persik (Myzus
sp.) dan tungau (Tetranichus
sp.) dengan menyemprot Natural
BVR atau Pestona secara
bergantian
- Pasang ajir sedini mungkin supaya akar tidak rusak
tertusuk ajir dengan jarak
10-20 cm dari batang tomat D. FASE VEGETATIF ( 15-30 HST)
- Jika tanpa mulsa, penyiangan
dan pembubunan pada umur 28
HST bersamaan penggemburan
dan pemberian pupuk susulan
diikuti pengguludan tanaman – Setelah tanaman hidup sekitar
1 minggu semenjak tanam, diberi
pupuk Urea dan KCl dengan
perbandingan 1:1 untuk setiap
tanaman (1-2 gram), berikan di
sekeliling tanaman pada jarak ± 3 cm dari batang tanaman
tomat kemudian ditutup tanah
dan siram dengan air
- Pemupukan kedua dilakukan
umur 2-3 minggu sesudah
tanam berupa campuran Urea dan KCl (± 5 gr), berikan di
sekeliling batang tanaman
sejauh ± 5 cm dan sedalam ± 1
cm kemudian ditutup tanah dan
siram dengan air.
- Bila umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur
dapat dipupuk Urea dan KCl lagi
(7 gram). Jarak pemupukan dari
batang dibuat makin jauh ( ± 7
cm).
- Jika pakai Mulsa tidak perlu penyiangan dan pembubunan
serta pupuk susulan diberikan
dengan cara dikocorkan
- Penyiraman dilakukan pada
pagi atau sore hari
- Amati hama dan penyakit seperti ulat, kutu-kutuan,
penyakit layu dan virus, jika
terjadi serangan kendalikan
seperti pada fase tanam
- Semprotkan POC POMI (4-5
tutup) per tangki setiap 7 hari sekali.
- Tanaman yang telah mencapai
ketinggian 10-15 cm harus
segera diikat pada ajir dan
setiap bertambah tinggi + 20 cm
harus diikat lagi agar batang tomat berdiri tegak.
- Pengikatan jangan terlalu
erat dengan model angka 8,
sehingga tidak terjadi gesekan
antara batang dengan ajir yang
dapat menimbulkan luka. E. FASE GENERATIF (30 – 80 HST)
1. Pengelolaan Tanaman
- Jika tanpa mulsa penyiangan
dan pembubunan kedua
dilakukan umur 45-50 hari
- Untuk merangsang pembungaan pada umur 32 HST
lakukan perempelan tunas-tunas
tidak produktif setiap 5-7 hari
sekali, sehingga tinggal 1-3
cabang utama / tanaman
- Perempelan sebaiknya pagi hari agar luka bekas rempelan
cepat kering dengan cara; ujung
tunas dipegang dengan tangan
bersih lalu digerakkan ke
kanan-kiri sampai tunas putus.
Tunas yang terlanjur menjadi cabang besar harus dipotong
dengan pisau atau gunting,
sedangkan tanaman yang
tingginya terbatas perempelan
harus hati-hati agar tunas
terakhir tidak ikut dirempel sehingga tanaman tidak terlalu
pendek
- Ketinggian tanaman dapat
dibatasi dengan memotong ujung
tanaman apabila jumlah
dompolan buah mencapai 5-7 buah
- Semprotkan POC POMI setiap
7-10 hari sekali dengan dosis
3-4 tutup POC POMI /tangki. 2. Pengamatan Hama dan
Penyakit
- Ulat buah (Helicoperva
armigera dan Heliothis sp.).
Gejala buah berlubang dan
kotoran menumpuk dalam buah yang terserang. Lakukan
pengumpulan dan pemusnahan
buah tomat terserang, semprot
dengan PESTONA
- Lalat buah (Brachtocera atau
Dacus sp.).Gejala buah busuk karena terserang jamur dan bila
buah dibelah akan kelihatan
larva berwarna putih. – -
Bersifat agravator, yaitu
sebagai vektornya penyakit
jamur, bakteri dan Drosophilla sp. Kumpulkan dan bakar buah
terserang, gunakan perangkap
lalat buah jantan (dapat
dicampur insektisida)
- Busuk daun (Phytopthora
infestans), bercak daun dan buah (Alternaria solani) serta
busuk buah antraknose
(Colletotrichum coccodes). Jika
ada serangan semprot dengan
Natural GLIO
- Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan
pestisida alami (PESTONA, GLIO,
VITURA) belum mengatasi dapat
dipergunakan pestisida kimia
yang dianjurkan. Agar
penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah
hilang oleh air hujan tambahkan
Perekat Perata AERO 810, dosis
+ 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
- Busuk ujung buah. Ujung buah
tampak lingkaran hitam dan busuk. Ini gejala kekurangan Ca
( Calsium). Berikan Dolomit. F. FASE PANEN & PASCA PANEN
(80 – 130 HST)
- Panen pada umur 90-100 HST
dengan ciri; kulit buah berubah
dari warna hijau menjadi
kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua mengering, batang
menguning, pada pagi atau sore
hari disaat cuaca cerah. Buah
dipuntir hingga tangkai buah
terputus. Pemuntiran buah
dilakukan satu-persatu dan dipilih buah yang siap petik.
Masukkan keranjang dan
letakkan di tempat yang teduh
- Interval pemetikan 2-3 hari
sekali.
- Supaya tahan lama, tidak cepat busuk dan tidak mudah
memar, buah tomat yang akan
dikonsumsi segar dipanen
setengah matang
- Wadah yang baik untuk
pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan papan bercelah
dan jangan dibanting
- Waspadai penyakit busuk buah
Antraknose, kumpulkan dan
musnahkan
- Buah tomat yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi
dan di packing lalu diangkut siap
untuk konsumsi.

Kamis, 20 September 2012

CARA MENANAM KANGKUNG CABUT


CARA MENANAM KANGKUNG CABUT

Apabila anda dirumah mempunyai lahan pekarangan yang agak luas, bisa anda manfaatkan untuk berkebun ala kadarnya sekalian untuk mengisi kesibukan dirumah dan kebutuhan sayuran dirumah anda .

Pertama anda cangkuli tanahnya sedalam 30cm seluas lahan yang anda punya dipekarangan, setelah anda selesai mencangkuli lahan, sekarang buatlah guludan atau bedengan yang lebarnya kira-kira 1 x 4 m setinggi 40cm .
Tapi sebelum anda membuat guludan atau bedengan ada baiknya tanah yang sudah selesai dicangkul diberi pupuk kandang dan kapur pertanian, supaya tanah tidak masam unsur haranya dan membuat tanah menjadi lebih subur .

Setelah dibuat bedengan ada baiknya tanah dibiarkan atau didiamkan barang sehari atau tiga hari saja, untuk memberi waktu pada tanah untuk memperbaiki unsur-unsur yang ada didalamnya, setelah itu anda pun bisa memulai dengan menanamnya dengan jarak tanam kearah memanjang 10cm atau lebih rapat lagi 5cm .
Dan jarak tanam arah melebar 20cm, pada setiap lubang tanam dapat diisi dengan 5 biji kangkung itu sudah cukup rapat apabila biji kangkung itu tumbuh subur .

Pada usia 3 – 5 hari sejak biji kangkung itu ditanam kedalam tanah maka mulailah bermunculan tunas-tunas kecambah kangkung dan dari sini dapat anda hitung untuk waktu panennya kira-kira pohon kangkung itu sudah berumur 35 – 40 hari dan selama itu pula anda harus rajin menyiram kecambah kangkung itu dipagi hari dan sore hari.
Memupuknya anda cukup dengan pupuk cair saja yang dapat dicampur dengan air dan langsung disiramkan ketanah diarea lahan kangkung, pemupukan cukup dilakukan 1-2 kali saja sedangkan hama yang suka mengganggu petani kangkung adalah ulat daun, kepik dan hewan ternak .

Bila kangkung sudah mencapai umur 35-40 hari anda dapat memanennya dengan cara dicabut bersama dengan akar-akarnya, dari hasil panen tersebut terserah anda mau dikonsumsi sendiri atau dijual kepasar atau tetangga anda disekitarnya .

Apabila anda ingin menjualnya kangkung-kangkung itu diikat terlebih dahulu dengan tali plastik atau dengan karet gelang yang banyak dijual ditoko-toko dekat rumah anda .
Dalam satu ikatan yang biasa dijual kepasar-pasar itu berisi sekitar 15-17 batang kangkung, soal harga saya tidak bisa menentukan karena harga pasar sangat fluktuatif, susah untuk diprediksi kalau kita tidak merisetnya sendiri .
---------------------------------

Kamis, 13 September 2012

BUDIDAYA KOL/KUBIS

Kol atau Kubis
( Brassica oleracea )


I. UMUM

1.1. Sejarah Singkat

Kol atau kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM) dan merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani Kuno.

Mulanya kol merupakan tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh liar disepanjang pantai laut Tengah, di karang-karang pantai Inggris, Denmark dan pantai Barat Prancis sebelah Utara. Kol mulai ditanam di kebun-kebun Eropa kira-kira abad ke 9 dan dibawa ke Amerika oleh emigran Eropa serta ke Indonesia abad ke 16 atau 17. Pada awalnya kol ditanam untuk diambil bijinya.

1.2. Sentra Penanaman

Kol banyak ditanam di dataran tinggi dengan sentra terdapat di Dieng, Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari, Purbalingga, Malang, Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang, Garut, Pengalengan dan beberapa daerah lain di Bali, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya, tetapi beberapa varietas dapat ditanam di dataran rendah.

1.3. Jenis Tanaman

Berdasarkan klasifikasinya, kol/kubis termasuk dalam:
a) Divisi : Spermatophyta
b) Sub Divisi : Angiospermae
c) Klas : Dicotyledonae
d) Famili : Cruciferae
e) Genus : Brassica
f) Spesies : Brassica oleracea

Dari klasifikasi ini turunlah varietas-varietas tanaman kol yang dibudidayakan, berikut ini merupakan kol varietas unggul:

1. Kubis putih (B.o. var. capitata L. f.alba DC.)
1. Kubis kepala bulat: krop bulat dan kompak, ukuran daun kecil sampai sedang, mempunyai daun luar berwarna hijau muda, memiliki teras atau hati kecil dan mempunyai batang pendek. Beberapa varietas unggul kubis putih kepala bulat:
- Globe Master: umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg/tanaman
- Emerald Cross Hybrid: umur panen 45 hari, produksi 1,2 kg/tanaman
- Copenhagen Market: umur panen 72 hari, produksi 1,8-2 kg/tanaman
- K-K Cros: umur panen 58 hari, produksi 1,6 kg/tanaman
- Green Cup: umur panen 73 hari, produksi 1,5 kg/tanaman
- Ecarliana: umur panen 60 hari, produksi 1 kg/tanaman
2. Kubis kepala bulat runcing: Krop kubis berbentuk bulat dengan ujung bagian atas meruncing sehingga nampak berbentuk elips. Contoh varietas komersial:
- Early Jersey Wakefield: umur panen 63 hari, produksi 1 kg/tanaman
- Green point: umur panen 50 hari, produksi 1 kg/tanaman
3. Kubis kepala bulat datar: Krop kubis berbentuk bulat, bagian atasnya mendatar dan nampak gepeng (baca "kol gepeng", krop kurang kompak dan berongga, ukuran sedang sampai besar dan memiliki daun luar yang melengkung ke arah dalam menutupi kepala. Beberapa jenis komersial adalah:
- Premium Flat Dutch: umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman.
- Early Flat Dutch: umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman.
- O-S Cross: umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Surehead: umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman.
- Kubis 632 Spring Light: umur panen 65 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
- Kubis 633 Summer Autumn: umur panen 60 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Kubis 634 Good Season: umur panen 45 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
- Kubis 635 Summer Summit: umur panen 50 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Kubis 636 Tropical Delight: umur panen 50-55 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Kubis 637 Summit: umur panen 50 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
2. Kubis merah (B.o. var. capitata L. f. rubra.)
Krop berbentuk bulat kompak berwarna merah keunguan dan permukaan luar daun tertutup lapisan. Beberapa varietas yang mempunyai nilai ekonomi:
- Ruby perfection: warna krop merah cerah, umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
- Mammoth Red Rock: warna krop merah tua keunguan dan keras, umur panen 100 hari, produksi 3,4 kg/tanaman.
- Rubby ball: warna krop merah tua, umur panen 65 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
- Res Acre: warna krop merah tua, umur panen 76 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
3. Kubis Savoy (B.o. var. sabauda L.)
Ciri-ciri memiliki daun keriting berbentuk babad/perut daging sapi, berwarna hijau, krop berbentuk bermacam-macam, bulat dan kerucut. Kubis ini biasa disebut kubis keriting/kubis babat. Contoh beberapa varietas komersial:
- Perfection Drumhead: umur panen 90 hari, produksi 2,7-3,2 kg/tanaman.
- Vorbote: produksi 1-2 kg/tanaman.
- Savoy King Hybrid: umur panen 80 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
- Savoy Ace: umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
- Langedijk Early Yellow: produksi 1,5-2 kg/tanaman.
- Langedijk Storage Yellow: produksi 2-3 kg/tanaman.

Selain jenis kubis diatas masih terdapat jenis lain yang cukup komersial yaitu kubis brussel (B.o. var. gemmivera DC.).

1.4. Manfaat Tanaman

Sebagai bahan pangan untuk keperluan masakan seperti sup, sayur lodeh, pecel, lotek dan lain-lain atau dimakan langsung (lalapan) bersama menu lain. Manfaat lain dapat dibuat produk makanan instan seperti mie, makanan ringan dan makanan cepat saji lainnya.

Di bidang kesehatan, dapat digunakan sebagai pencegah dan obat sariawan, penyakit beri-beri, penyakit Xerophthalmia, radang syaraf, lemahnya otot-otot, luka-luka pada tepi mulut, dermatitis bibir menjadi merah dan radang lidah, kandungan niacin dapat mencegah penyakit palagra dan pembentuk tulang dan gigi.



II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

1. Pengaruh angin dirasakan pada evaporasi lahan dan evapotranspirasi tanaman. Laju angin yang tinggi dalam waktu lama (kontinyu) mengakibatkan keseimbangan kandungan air antara tanah dan udara terganggu, tanah kering dan keras, penguraian bahan-bahan organik terhambat, unsur hara berkurang dan menimbulkan racun akibat tidak ada oksidasi gas-gas beracun di dalam tanah.
2. Disebutkan jumlah curah hujan 80% dari jumlah normal (30 cm) memberikan hasil rata-rata 12% dibawah rata-rata normal.
3. Stadia pembibitan memerlukan intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan naungan untuk mencegah cahaya matahari langsung yang membahayakan pertumbuhan bibit. Sedangkan pada stadia pertumbuhan diperlukan intensitas cahaya yang kuat, sehingga tidak membutuhkan naungan.
4. Tanaman kubis dapat hidup pada suhu udara 10-24 derajat C dengan suhu optimum 17 derajat C. Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kubis tahan dingin (minus 6-10 derajatC), tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak kecuali kubis berdaun kecil (<3> 9), merupakan racun bagi akar-akar tanaman.
4. Kandungan air tanah yang baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF antara 2,5-4. Dengan demikian lahan tanaman kol memerlukan pengairan yang cukup baik (irigasi maupun drainase).

2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman kubis dapat tumbuh optimal pada ketinggian 200-2000 m dpl. Untuk varietas dataran tinggi, dapat tumbuh baik pada ketinggian 1000-2000 m dpl.



III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Persyaratan Benih

Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
b) Benih harus bebas hama dan penyakit.
c) Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari kotoran.
d) Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e) Mempunyai daya kecambah 80%.
f) Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.

3.1.2. Penyiapan Benih

Penyiapan benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai berikut:

1. Sterilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air panas 55 derajat C selama 15-30 menit.
2. Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik akan tenggelam.
3. Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar benih cepat berkecambah.

Kebutuhan benih per hektar tergantung varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan 300 gram/ha.

Benih harus disemai dan dibumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan. Penyemaian dapat dilakukan di bedengan atau langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil.

3.1.3. Teknik Penyemaian Benih

Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara lain: (1) tanah tidak mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain yang merugikan; (2) lokasi mendapat penyinaran cahaya matahari cukup; dan (3) dekat dengan sumber air bersih.

Penyemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Penyemaian di bedengan
Sebelum bedengan dibuat, lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat bedengan selebar 110-120 cm memanjang dari arah utara ke selatan. Tambahkan ayakan pupuk kandang halus dan campurkan dengan tanah dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Bedengan dinaungi dengan naungan plastik, jerami atau daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m di sisi timur dan 0,8-1,0 m di sisi Barat. Penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata di atas bedengan atau disebar di dalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm. Cara pertama memerlukan benih yang lebih sedikit daripada cara kedua. Sekitar 2 minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbung. Bumbung dapat dibuat dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran diameter 4-5 cm dan tinggi 5 cm atau berupa polibag 7x10 cm yang memiliki dua lubang kecil di kedua sisi bagian bawahnya. Bumbung diisi media campuran ayakan pupuk kandang matang dan tanah halus dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Keuntungannya adalah hemat waktu, permukaan petak semaian sempit dan jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan benih banyak, penyiangan gulma sukar, memerlukan tenaga kerja terampil terutama saat pemindahan bibit ke lahan.
2. Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)
Dengan cara ini, satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang dibuat dengan cara seperti di atas. Bumbung dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Media penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang (2:1) sebanyak 90%. Sebaiknya media semai disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu udara 55-100 derajat C selama 30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan formalin 4%, ditutup lembar plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan. Cara lain dengan mencampurkan media semai dengan zat fumigan Basamid-G (40-60 gram/m2) sedalam 10-15 cm, disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran plastik (5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari).
3. Kombinasi cara a) dan b).
Pertama benih disebar di petak persemain, setelah berumur 4-5 hari (berdaun 3-4 helai), dipindahkan ke dalam bumbung.
4. Penanaman langsung.
Yaitu dengan menanam benih langsung ke lahan. Kelebihannya adalah waktu, biaya dan tenaga lebih hemat, tetapi kelemahannya adalah perawatan yang lebih intensif.

Lahan persemaian dapat diganti dengan kotak persemaian dan dilakukan dengan cara sebagai berikut;
1. Buat medium terdiri dari tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1).
2. Buat kotak persemaian kayu (50-60 cm x 30-40 cm x 15-20 cm) dan lubangi dasar kotak untuk drainase.
3. Masukkan medium kedalam kotak dengan tebalan 10-15 cm.

3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

1. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca.
2. Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan kurang menguntungkan bagi bibit.
3. Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit, dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh disela-sela tanaman pokok.
4. Dilakukan pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter dan penyemprotan pestisida ½ dosis jika diperlukan.
5. Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah semut, siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan cendawan. Sedangkan, penyakit adalah penyakit layu. Pencegahan dan pemberantasan digunakan Insektisida dan fungisida seperti Furadan 3 G, Antrocol, Dithane, Hostathion dan lain-lain.

3.1.5. Pemindahan Bibit

Pemindahan dilakukan bila bibit telah mempunyai perakaran yang kuat. Bibit dari benih/biji siap ditanam setelah berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai, sedangkan bibit dari stek dapat dipindahkan setelah berumur 28 hari.

Pemindahan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Sistem cabut, bibit dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bila disemai pada polybag, pengambilan bibit dilakukan dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk perlahan hingga bibit keluar. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau daun kelapa, bibit dapat ditanam bersama bumbungnya.
2. Sistem putaran, caranya tanah disiram dan bibit dengan diambil beserta tanahnya 2,5-3 cm dari batang dengan kedalaman 5 cm.

3.2. Pengolahan Media Tanam

3.2.1. Persiapan

Lahan sebaiknya bukan lahan bekas ditanami tanaman famili Cruciferae lainnya. Dilakukan pengukuran pH dan analisa tanah tentang kandungan bahan organiknya untuk mengetahui kecocokan lahan ditanami kol/kubis.

Tanah digemburkan dan dibalik dengan dicangkul atau dibajak sedalam 40-50 cm, dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan diberi pupuk dasar. Setelah itu, dibiarkan terkena sinar matahari selama 1-2 minggu untuk memberi kesempatan oksidasi gas-gas beracun dan membunuh sumber-sumber patogen.

3.2.2. Pembuatan Bedengan
Bedengan dibuat dengan arah Timur-Barat, lebar 80-100 cm, tinggi 35 cm dan panjang tergantung keadaan lahan. Lebar parit antar bedengan ± 40 cm (parit pembuangan air PPA 60 cm) dengan kedalaman 30 cm (PPA 60 cm).

3.2.3. Pengapuran
Fungsi untuk menaikkan pH tanah dan mencegah kekurangan unsur hara makro maupun mikro. Dosis pengapuran bergantung kisaran angka pH-nya, umumnya antara 1-2 ton kapur per hektar. Jenis kapur yag digunakan antara lain: Captan (calcit) dan Dolomit.

3.2.4. Pemupukan
Bedengan siap tanam diberi pupuk dasar yang banyak mengandung unsur Nitrogen dan Kalium, yaitu Za, Urea, TSP dan KCl masing-masing 250 kg, serta Borax atau Borate 10-20 kg/ha. Pemberian pupuk kandang dilakukan sebanyak 0,5 kg per tanaman.

3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Penentuan Pola Tanam

Penentuan pola tanam tanaman sangat bergantung kesuburan tanah dan varietas tanaman dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Pola penanaman ada dua yaitu larikan dan teratur seperti pola bujur sangkar; pola segi tiga sama sisi; pola segi empat dan pola barisan (barisan tunggal dan barisan ganda). Pola segi tiga sama sisi dan bujur sangkar tergolong baik karena didapatkan jumlah tanaman lebih banyak.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam sedalam cangkul atau dengan ukuran garis tengan 20-25 cm sedalam 10-15 cm.

3.3.3. Cara Penanaman

1. Waktu tanam yang baik yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00-10.00 atau sore hari antara pukul 15.00-17.00, karena pengaruh sinar matahari dan temperatur tidak terlalu tinggi.
2. Pilih bibit yang segar dan sehat (tidak terserang penyakit ataupun hama).
3. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau, ditanam bersama dengan bumbungnya, bila disemai pada polybag plastik maka dikeluarkan terlebih dahulu dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk secara perlahan hingga bibit keluar dari polybag.
4. Bila disemai dalam bedengan diambil dengan solet (sistem putaran), caranya menggambil bibit beserta tanahnya sekitar 2,5-3 cm dari batang sedalam 5 cm.
5. Bibit segera ditanam pada lubang dengan memberi tanah halus sedikit-demi sedikit dan tekan tanah perlahan agar benih berdiri tegak.
6. Siram bibit dengan air sampai basah benar.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan dilakukan saat pemindahan bibit ke lahan, yaitu saat bibit berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai (semaian biji) atau berumur 28 hari (semaian stek). Bila bibit disemai pada bumbung maka penjarangan tidak dilakukan. Sedangkan penyulaman hampir tidak dilakukan karena umur tanaman yang pendek (2-3 bulan).

3.4.2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan bersama dengan penggemburan tanah sebelum pemupukan atau bila terdapat tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam karena dapat merusak sistem perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman sebaiknya tidak dilakukan.


3.4.3. Pembubunan
Pembumbunan dilakukan bersama penyiangan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan ke arah bedengan berfungsi untuk menjaga kedalaman parit dan ketinggian bedeng dan meningkatkan kegemburan tanah.

3.4.4. Perempelan
Perempelan cabang/tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin untuk menjaga tanaman induk agar pertumbuhan sesuai harapan, sehingga zat makanan terkonsentrasi pada pembentukan bunga seoptimal mungkin.

3.4.5. Pemupukan

Pemupukan susulan I dilakukan dengan urea 1gram per tanaman melingkari tanaman dengan jarak 3 cm disaat tanaman kelihatan hidup untuk mendorong pertumbuhan. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 10-14 hari dengan dosis 3-5 gram, dengan jarak 7-8 cm. Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 3-4 minggu dengan dosis 5 gram pada jarak 7-8 cm. Bila pertumbuhan belum optimal dapat dilakukan pemupukan lagi pada umur 8 minggu.

3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Waktu pemberian air sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada musim kemarau, pengairan perlu dilakukan 1-2 hari sekali, terutama pada fase awal pertumbuhan dan pembentukan bunga.

3.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida

Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat, agar hama dapat segera ditanggulangi.

Jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam menanggulangi hama sangat beragam tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi hama tersebut.

3.4.8. Pemeliharaan Lain

Hal-hal yang penting dalam merawat tanaman adalah:

1. Menghindari pelukaan pada tanaman karena luka pada tanaman merupakan salah satu jalan yang efektif dalam penularan penyakit dan sangat disukai oleh hama.
2. Dalam pemupukan, pupuk tidak boleh mengenai tanaman dan harus selalu diikuti dengan penyiraman.

3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama

1. Ulat Plutella (Plutella xylostella L.)
Dikenal dengan nama ulat tritip, Diamond-black moth, hileud keremeng, ama bodas, ama karancang (Sunda), omo kapes, kupu klawu (Jawa). Ciri: (1) siklus hidup 2-3 minggu tergantung temperatur udara; (2) ngengat betina panjang 1,25 cm berwarna kelabu, mempunyai tiga buah titik kuning pada sayap depan, meletakkan telur dibagian bawah permukaan daun sebanyak 50 butir dalam waktu 24 jam; (3) telurnya berbentuk oval, ukuran 0,6-0,3 mm, berwarna hijau kekuningan, berkilau, lembek dan menetas ± 3 hari; (4) larva Plutella berwarna hijau, panjang 8 mm, lebar 1 mm, mengalami 4 instar yang berlangsung selama 12 hari, ngengat kecil berwarna coklat keabu-abuan; (5) ngengat aktif dimalam hari, sedangkan siang hari bersembunyi dibawah dibawah sisa-sisa tanaman, atau hinggap dibawah permukaan daun bawah. Gejala: (1) biasanya menyerang pada musim kemarau; (2) daun berlubang-lubang terdapat bercak-bercak putih seperti jendela yang menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja; (3) umumnya menyerang tanaman muda, tetapi kadang-kadang merusak tanaman yang sedang membentuk bunga. Pengendalian: (1) mekanis: mengumpulkan ulat-ulat dan telurnya, kemudian dihancurkan. (2) Kultur teknik: pergiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman yang bukan famili Cruciferae; pola tumpang sari brocolli dengan tomat, bawang daun, dan jagung; dengan tanaman perangkap (trap crop) seperti Rape/Brassica campestris ssp. Oleifera Metg. (3) Hayati/biologi: menggunakan musuh alami, yaitu parasitoid (Cotesia plutella Kurdj, Diadegma semiclausum, Diadegma eucerophaga) ataupun predatornya. (4) Sex pheromone : adalah "Ugratas Ungu" dari Taiwan. Bentuk sex pheromone ini seperti benang nilon berwarna ungu sepanjang ± 8 cm. Cara penggunaan : Ugratas ungu dimasukkan botol bekas agua, kemudian dipasang dilahan perkebunan pada posisi lebih tinggi dari tanaman. Daya tahan ugratas terpasang ±3 minggu, dan tiap hektar kebun memerlukan 5-10 buah perangkap.(5) Kimiawi: menyemprotkan insektisida selektif berbahan aktif Baccilus thuringiensis seperti Dipel WP, Bactospeine WP, Florbac FC atau Thuricide HP pada konsentrasi 0,1-0,2%, Agrimec 18 FC, pada konsentrasi 1-2 cc/liter.
2. Ulat croci (Crocidolomia binotalis Zeller)
Ulat croci disebut hileud bocok (sunda). Ciri: (1) siklus hidup 22-32 hari, tergantung suhu udara; (2) ulat berwarna hijau, pada punggung terdapat garis hijau muda dan perut kuning, panjang ulat 18 mm, berkepompong di dalam tanah dan telur diletakkan dibawah daun secara berkelompok berbentuk pipih menyerupai genteng rumah; (3) menyerang tanaman yang sedang membentuk bunga. Pengendalian: sama dengan ulat Prutella, parasitoid yang paling cocok adalah Inareolata sp.
3. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn)
Ulat tanah disebut ulat taneuh, hileud orok (Sunda) atau uler lettung (Jawa).
Ciri: (1) siklus hidup 6-8 minggu; (2) kupu-kupu ataupun ulatnya aktif pada senja dan malam hari, pada siang hari bersembunyi di bawah daun (kupu-kupu) dan permukaan tanah (ulat). Gejala: memotong titik tumbuh atau pangkal batang tanaman, sehingga tanaman muda rebah dan pada siang hari tampak layu. Pengendalian: (1) mekanis: mencabut ulat-ulat tanah dan membunuhnya; (2) kultur teknis: pembersihan kebun dari rerumputan atau sisa-sisa tanaman yang dijadikan tempat bertelur hama tanah; (3) kimiawi: dengan umpan beracun dan semprotan insektisida.Campuran dari 125-250 gram Dipertex 95 SL, 10 kg dedak, 0,5-1,0 kg gula merah dan 10 liter air untuk tanaman seluas 0,25-0,5 hektar. Umpan tersebut disebarkan disekeliling tanaman pada senja dan malam hari. dapat juga disemprotkan insektisida Dursban 20 EC 1 cc/liter air. Waktu penyemprotan sehabis tanam dan dapat diulang 1-2 kali seminggu.
4. Kutu daun (Aphis brassicae)
Hidup berkelompok dibawah daun atau massa bunga (curd), berwarna hijau diliputi semacam tepung berlilin. Gejala: menyerang tanaman dengan menghisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun menguning dan massa bunga berbintik-bintik tampak kotor. Menyerang hebat dimusim kemarau. Pengendalian: menyemprotkan insektisida ORTHENE 75 SP atau Hostathion 40 EC 1-2 cc/liter air.
5. Ulat daun
Misalnya ulat jengkal (Trichoplusiana sp., Chrysodeixis chalcites Esp., Chrysodeixis orichalcea L.) dan ulat grayuk (Spodoptera sp. S. litura), Ciri: (1) Ulat-ulat jengkal (Trichoplusiana sp.): Cara berjalannya aneh dan melipat dua bila merangkak. Panjang 4 cm, berwarna hijau pucat dan berpita warna muda pada tiap sisi badan. Kupu-kupu ulat jengkal berwarna coklat keabu-abuan dan berbintik-bintik berwarna perak pada setiap sayap depannya, telur berwarna putih kehijau-hijauan diletakkan di bawah daun dan menetas dalam 3-20 hari. (2) Chrysodzeixis chalcites Esp. dan Chrysodeixis orichalcea L.: Berwarna gelap dan terdapat bintik-bintik keemasan berbentuk "Y" pada sayap depan. Telur berukuran kecil berwarna keputih-putihan, diletakkan secara tunggal ataupun berkelompok. Larva berwarna hijau bergaris-garis putih di sisinya dan jalannya menjengkal. (3) Ulat-ulat grayak (S. litura): Ciri khas memiliki bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris kekuning-kuningan pada sisinya dengan siklus hidup 30-61 hari. Kupu-kupunya berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan. Telurnya berjumlah 25-500 butir diletakkan secara berkelompok di atas tanaman dan ditutup dengan bulu-bulu. Gejala: daun rusak, berlubang-lubang atau kadang kala tinggal urat-urat daunnya saja. Pengendalian: (1) mengatur pola tanam; (2) menjaga kebersihan kebun; (3) penyemprotan insektisida seperti Orthene 75 SP 1 cc/liter air, Hostathion 1-2 cc/liter air, Curacron 500 EC atau Decis 2,5 EC; (4) khusus untuk ulat grayak dapat digunakan sex pheromena (Ugratas Merah); (5) bila terjadi serangan Spodoptera exiqua dapat digunakan Ugratas Biru.
6. Bangsa siput
Bangsa siput yang biasa menyerang antara lain: (1) Achtina fulica Fer., yaitu siput yang mempunyai cangkang atau rumah, dikenal dengan bekicot; (2) Vaginula bleekeri Keferst, yaitu siput yang tidak bercangkang, warna keabu-abuan; (3) Parmarion pupilaris Humb, yaitu siput yang tidak bercangkang berwarna coklat kekuningan. Gejala: menyerang daun terutama saat baru ditanam dikebun. Pengendalian: dengan menyemprotkan racun Helisida atau dengan dikumpulkan lalu dihancurkan dengan garam atau untuk makanan ternak.
7. Cengkerik dan gangsir (Gryllus mitratus dan Brachytrypes portentosus).
Gejala: menyerang daun muda (memotong) pada malam hari; terdapat banyak lubang di dalam tanah. Pengendalian: dengan insektisida atau menangkap dengan menyirami lubang dengan air agar hama keluar.
8. Orong-orong.
Hidup dalam tanah terutama yang lembab dan basah. Bagian yang diserang adalah sistem perakaran tanaman. Gejala: pertumbuhan terhambat dan daun menguning. Pengendalian: pemberian insektisida ke liang.

3.5.2. Penyakit

1. Busuk hitam (Xanthomonas campestris Dows.)
Penyebab: bakteri, dan merupakan patogen tular benih (seed borne), dan dapat dengan mudah menular ketanah atau ke tanaman sehat lainnya. Gejala: (1) tanaman semai rebah (damping off), karena infeksi awal terjadi pada kotiledon, kemudian menjalar keseluruh tanaman secara sistematik; (2) bercak coklat kehitam-hitaman pada daun, batang, tangkai, bunga maupun massa bunga yang diserang; (3) gejala khas daun kuning kecoklat-coklatan berbentuk huruf "V", lalu mengering. Batang atau massa bunga yang terserang menjadi busuk berwarna hitam atau coklat, sehingga kurang layak dipanen. Pengendalian: (1) memberikan perlakuan pada benih seperti telah dijelaskan pada poin pembibitan sub poin penyiapan benih; (2) pembersihan kebun dari tanaman inang alternatif; (3) rotasi tanaman selama ± 3 tahun dengan tanaman tidak sefamili.
2. Busuk lunak (Erwinia carotovora Holland.)
Penyebab: bakteri yang mengakibatkan busuk lunak pada tanaman sewaktu masih di kebun hingga pasca panen dan dalam penyimpanan. Gejala: (1) luka pada pangkal bunga yang hampir siap panen; (2) luka akar tanaman scara mekanis, serangga atau organisme lain; (3) luka saat panen; (4) penanganan atau pengepakan yang kurang baik. Pengendalian: (1) Pra panen: membersihkan sisa-sisa tanaman pada lahan yang akan ditanami; menghindari kerusakan tanaman oleh serangga pengerek atau sewaktu pemeliharaan tanaman; menghindari bertanam kubis-kubisan pada musim hujan di daerah basis penyakit busuk lunak. (2) Pasca panen: menghindari luka mekanis atau gigitan serangga menjelang panen; menyimpan hasil panen dalam keadaan kering, atau kalau dicuci dengan air bersih, harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan; berhati-hati dalam membawa atau mengangkut hasil panen ketempat penyimpanan untuk mencegah luka atau memar; menyimpan hasil ditempat sejuk dan mempunyai sirkulasi udara baik.
3. Akar bengkak atau akar pekuk (Plasmodiophora brassicae Wor.)
Penyebab: cendawan Plasmodiophora brassicae. Gejala: (1) pada siang hari atau cuaca panas, tanaman tampak, tetapi pada malam atau pagi hari daun tampak segar kembali; (2) pertumbuhan terlambat, tanaman kerdil dan tidak mampu membentuk bunga bahkan dapat mati; (3) akar bengkak dan terjadi bercak-bercak hitam. Pengendalian: (1) memberi perlakuan pada benih seperti poin penyiapan benih; (2) menyemai benih di tempat yang bebas wabah penyakit; (3) melakukan sterilisasi media semai ataupun tanah kebun dengan Besamid-G 40-60 gram/m2 untuk arel pembibitan atau 60 gram/m2untuk kebun; (4) melakukan pengapuran untuk menaikkan pH; (5) mencabut tanaman yang terserang penyakit; (6) pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis yang tidak sefamili
4. Bercak hitam (Alternaria sp.)
Penyebab: cendawan Alternaria brassica dan Alternaria brassicicola. Gejala: (1) bercak-bercak berwarna coklat muda atau tua bergaris konsentris pada daun; (2) menyerang akar, pangkal batang, batang maupun bagian lain. Pengendalian: (1) menanam benih yang sehat; (2) perlakuan benih seperti pada poin penyiapan benih.
5. Busuk lunak berair
Penyebab: cendawan Sclerotinia scelerotiorumI, menyerang batang dan daun terutama pada luka-luka tanaman akibat kerusakan mekanis dan dapat menyebar melalui biji dan spora. Gejala: (1) pertumbuhan terhambat, membusuk lalu mati; (2) bila menyerang batang, maka daun akan menguning, layu dan rontok; (3) bila menyerang daun, maka daun akan membusuk dan berlendir; (4) gejala lain terdapat rumbai-rumbai cendawan yang berwarna putih dan lama-kelamaan menjadi hitam. Pengendalian: (1) gunakan biji sehat dan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak sejenis. (2) pemberantasan dengan insektisida.
6. Semai roboh (dumping off)
Penyebab: cendawan Rhizitonia sp. dan Phytium sp. Gejala: (1) bercak-bercak kebasahan pada pangkal batang atau hipokotil; (2) pangkal batang busuk sehingga menyebabkan batang rebah dan mudah putus; (3) menyerang tanaman di semaian, tetapi dapat pula menyerang tanaman di lahan. Pengendalian: perlakuan benih sebelum ditanam, sterilisasi media semaian dan rotasi tanaman dengan jenis selain kubis-kubisan.
7. Penyakit Fisiologis
Penyebab: Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) disebut penyakit fisiologis. Kekurangan Nitrogen: bunga kecil-kecil seperti kancing atau disebut "Botoning". Kelebihan Nitrogen warna bunga kelabu dan berukuran kecil. Kekurangan Kalium massa bunga tidak kompak (kurang padat) dan ukurannya mengecil. Kelebihan Kalium tumbuh kerdil dan bunganya kecil. Pengendalian: dengan pemupukan yang berimbang.

3.6. Panen

3.6.1. Ciri dan Umur Panen

Umur masak petik atau panen tanaman kubis tergantung pada varietasnya, berumur pendek (genjah) dan berumur panjang (dalam).
a) Premium Flat Dutch: umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman.
b) Early Flat Dutch: umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman.
c) O-S Cross: umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman.
d) Surehead: umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman.
e) Globe Master: umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg/tanaman.
f) Emerald Cross Hybrid: umur panen 45 hari, produksi 1.2 kg/tanaman.
g) Copenhagen Market: umur panen 72 hari, produksi 1.8-2 kg/tanaman.
h) K-K Cros: umur panen 58 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
i) Green Cup: umur panen 73 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
j) Ecarliana: umur panen 60 hari, produksi 1 kg/tanaman.

Ciri-ciri kemasakan kubis adalah sebagai berikut:
a) Krop kubis mengeras dengan cara menekan krop kubis.
b) Daun berwarna hijau mengkilap.
c) Daun paling luar sudah layu.
d) Besar krop kubis telah terlihat maksimal.

3.6.2. Cara Panen

Pemetikan yang kurang baik akan menimbulkan kerusakan mekanis yang menyebabkan krop kubis terinfeksi patogen sehingga mudah pembusukan. Langkah-langkah dalam memetik kubis:
a) Pilih kubis yang telah tua dan siap dipetik.
b) Petik kubis dengan menggunakan pisau yang tajam dan bersih. Pemotongan dilakukan pada bagianpangkal batang kubis.
c) Urutan pemetikan adalah dimulai dengan kubis yang sehat baru kemudian dilakukan pemetika pada kubis yang telah terkena infeksi patogen.

3.6.3. Periode Panen
Broccoli merupakan tanaman sekali panen, sehingga periode panen sama dengan periode tanam.

3.6.4. Prakiraan Produksi
Produksi kubis bergantung dengan varietas. Secara umum per tanaman menghasilkan 0,75-4 Kg, daerah tadah hujan dengan pemeliharaan semi intensif 25-35 ton per hektar dan dengan pemeliharan intensif 85 ton per hektar.

3.7. Pascapanen

3.7.1. Pengumpulan
Setelah dipetik, kubis dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan kubis yang tinggi kwalitas dan kwantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar.

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan

Penyortiran untuk memisahkan krop kubis baik dan bermutu dari yang kurang baik atau rusak, seperti retak, lecet dan kerusakan lainnya.

Penggolongan bertujuan untuk mengolongkan krop ke dalam mutu kelas I, kelas II dan seterusnya berdasarkan jumlah daun pembungkus krop, keseragaman bentuk, keseragaman ukuran, kepadatan krop, kadar kotoran maksimum, kecacatan kubis maksimum dan panjang batang kubis maksimum.
a) Jumlah daun pembungkus: mutu I=4 helai; mutu II=4 helai.
b) Homoginetas bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
c) Homogenitas ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
d) Kepadatan krop: mutu I=padat; mutu II=kurang padat.
e) Kadar kotoran maksimum: mutu I=2,5%; mutu II=2,5%.
f) Kubis cacat maksimum: mutu I=5%; mutu II=10%.
g) Panjang batang kubis maksimum: mutu I=2,5 cm; mutu II=2,5 cm.


3.7.3. Penyimpanan
Penyimpanan kubis harus memperhatikan varietas kubis, suhu, kelembaban dan kadar air. Pada suhu 32-35 derajat F dan kelembaban udara 92-95%, kubis dapat disimpan 4-6 bulan (kubis kadar air tinggi) dan 12 bulan (kubis kadar air rendah) dengan kehilangan berat sebesar 10%.

3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan dilakukan dengan plastik polyethylene dan dalam pengangkutan kemasan perlu dimasukkan ke dalam kotak atau peti kayu (field boxes) dengan kapasitas 25-30 kg/peti.



IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

4.1. Gambaran Peluang Agribisnis

Melihat banyaknya manfaat kubis dalam kesehatan bagi masyarakat, dan ditunjang harga yang murah, maka potensi pasar untuk kubis sangat terbuka. Peluang pasar komoditi ini tidak hanya terbatas didalam negeri, namun juga telah menjangkau ke beberapa negara lain seperti taiwan, Malaysia, Hongkong, Singapura, Jepang, Jerman dan lain-lain. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume ekspor kubis dari 16.107 ton dengan nilai US$ 218.000 pada tahun 1987 hingga mencapai 28.625 ton (US$3.867.028) pada tahun 1991(Biro Pusat Statistik, 1991).

Melihat kenyataan diatas, dapat diperkirakan bahwa akan terjadi peningkatan permintaan terhadap komoditi ini dari tahun ke tahun, apalagi jika melihat kenyataan peningkatan jumlah penduduk dunia, sehingga peluang pasar komoditi ini masih sangat besar.

Tetapi kondisi perekonomian seperti sekarang ini membuat pengembangan komoditi ini terganggu bahkan menurun. Hal ini terjadi karena meningkatnya biaya produksi akibat meningkatnya harga pupuk dan pestisida dan terjadinya over produksi yang tidak diikuti dengan upaya untuk mempertahankan kondisi komoditi untuk sasaran ekspor.

Dari analisis budidaya tampak jelas keuntungan yang diraih sangat besar (1994), pada kondisi sekarang terjadi penurunan keuntungan yang cukup besar (bandingkan data tahun 1994 dengan perkiraan 1999). Kondisi ini membuat banyak petani meninggalkan komoditi ini. Tetapi pada kondisi normal komoditi ini sangan komersial.



V. STANDAR PRODUKSI

5.1. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan kol/kubis.

5.2. Diskripsi
Standar mutu kubis/kol tercantum pada Standar Nasional Indonesia SNI 01-317-19921.

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

a) Jumlah daun pembungkus: mutu I=4 helai; mutu II=4 helai.
b) Keseragaman bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
c) Keseragaman ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
d) Kepadatan: mutu I=padat; mutu II=kurang padat .
e) Warna: mutu I=hijau ; mutu II=agak kuning.
f) Kadar kotoran maksimum: mutu I=2,5 %; mutu II=2,5 %.
g) Kadar cacat maksimum: mutu I=5,0 %; mutu II=10,0 %.
h) Panjang batang kubis maksimum: mutu I=2,5 %; mutu II=2,5 %.

5.4. Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh satu partai/lot maksimumn 1000 kemasan. Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan dalam 1 (satu) partai/lot seperti berikut ini.
a) Untuk jumlah kemasan dalam partai 1 sampai 100, jumlah contoh 5.
b) Untuk jumlah kemasan dalam partai 101 sampai 300, jumlah contoh 7.
c) Untuk jumlah kemasan dalam partai 301 sampai 500, jumlah contoh 9.
d) Untuk jumlah kemasan dalam partai 501 sampai 1000, jumlah contoh 10.

5.5. Pengemasan

Kubis disajikan dalam bentuk untuh dan segar dikemas dalam keranjang bambu yang berpengyangga dengan berat netto 10 kg, 5 kg atau 20 kg, atau kotak karton dengan berat netto 10-20 kg.

Pengemasan produk biasanya dilakukan dengan polyetiline yang diberi lubang-lubang kecil. Kemasan krop ini kemudian dimasukkan ke dalam doos karton atau keranjang plastik.



VI. REFERENSI

6.1. Daftar Pustaka

a) Anonymous. 1993. Sayur Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
b) Arief, Arifin. 1990. Hortikultura. Andy Offset. Yogyakarta.
c) Cahyono, Bambang. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Kubis. D), Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
d) Pracaya. 1981. Kol Alis Kubis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Jumat, 07 September 2012

BUDIDAYA MANGGA DALAM POT


Tanaman Buah dalam Pot

Bagi mereka yang tidak memiliki lahan yang tidak begitu luas, budidaya mangga dalam pot adalah cara praktis. Apalagi kini budidaya mangga dalam pot semakin banyak digemari karena cara ini bisa jadi alternatif penanaman bila halaman sempit. Yang membuat mempesona juga adalah bila
kita melihat buahnya yang bergelantungan, membuat tetamu kita yang berkunjung pada ‘ngiler’ pingin memetiknya. Ujung-ujungnya, biasanya pada tanya, beli bibitnya di mana, ya...? Aku mau juga toh...gimana kalo yang pot satunya dibeli saja...Itung-itung nolongi saya, lah...! nah, itu tandanya ciri-ciri bahwa Anda sebentar lagi akan jadi pengusaha tanaman.
Salah satu yang perlu kita tekuni dalam bercocok tanam adalah budidaya mangga dalam pot. Namun demikian, budidaya mangga dalam pot belum tentu bisa diharapkan hasilnya. Maka dari itu, perlu diketahui teknik-teknik dan cara budidaya mangga dalam pot , seperti sejak memilih bibit, penanaman, pemupukan, perawatan, hingga panen atau memetik hasilnya.
Deskripsi tentang Mangga baca di sini

Berikut Teknik dan Cara Budidaya Mangga dalam Pot
Persyaratan
Agar tanaman dalam pot rajin berbuah, ada paling tidak ada lima syarat tumbuh atau faktor yang jadi pertimbangan, yaitu:
  • Pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan lokasi penanaman.
  • Kedua, pemilihan bibit tanaman
  • Diikuti pemilihan media tanam dan pot
  • Lalu pemupukan yang efektif dan terakhir
  • pengendalian hama dan penyakit tanaman
Pemilihan Bibit
Kalau memilih bibit perhatikan varietasnya. Cari varietas mangga yang gampang berbuahnya, seperti ; manalagi, arumanis. Jangan tanam bibit dari bijinya, kelamaan, kapan mau makan buahnya. Tanamlah cangkokannya atau dari hasil okulasi. Bibit ini akan lebih cepat berbuah dibanding yang berasal dari biji.
Persiapan Pot
Kalau untuk phon mangga,jelaslah ukuran pot harus disesuaikan dengan tinggi tanaman. Misalnya tingginya 1,5 meter, pot yang digunakan sebaiknya drum berdiameter 60 cm yang dipotong setengah bagian. Dasar pot harus dibuat lubang untuk membuang kelebihan air.
Media Tanam
Media tanam yang digunakan umum berupa campuran tanah, humus, kompos pupuk kandang atau serbuk gergaji. Perbandingan keempat bahan itu bisa 1:1:1:1. Tanaman mangga menyukai media yang gembur, berbutir-butir, dan banyak mengandung unsur hara.
Penanaman

Isi terlebih dahulu dasar pot dengan serutan gergaji. Hal ini aga kelebihan air mudah keluar. Masukkan tanaman lalu isi dengan media tanaman. Ketinggian media tanam kira-kira ¾ dari tinggi pot. Siram media perlahan-lahan agar memadat secara alami dan tanaman cepat segar kembali.
Penyiraman
Pada awal penanaman harus disiram secara teratur setiap hari, pagi dan sore. Jika media dalam pot cepat kering, terutama saat musim kemarau, penyiraman boleh dilakukan 2 kali sehari. Volume penyiraman jangan berlebihan sebab membuat media tanam keluar dari pot.

Pemupukan
Tanaman sangat membutuhkan unsur hara untuk hidupnya. Itulah sebabnya perlu dipupuk. Jenis pupu k yang diberikan dapat berupa pupuk anorganik maupun organik. Pupuk anorganik misalnya, urea, NPK. Sedangkan pupuk organik seperti pupu kandang, kompos. Pupuk tersebut diberikan dengan cara ditaburkan dan kemudian disiram. Untuk pupu kandang, harus sudah matang saat diberikan. Cirinya, berbentuk remah, tidak berbau, dan tidak terasa panas saat dipegang.
Penanggulangan Hama
Tanaman mangga sering terserang ham, seperti kutu, lalat, bisul, ulat, dan binatang penggerek. Bila serangan hama itu muncul, segera semprot dengan insetisida. Penyemprotan dengan insektisida baru dilakukan bila memang diperlukan. Penyemprotan setiap minggu tidak dianjutkan karena akan mengganggu populasi serangga penyerbuk bunga.
Panen
Mangga cangkokan mulai berbuah pada umur 4 tahun, mangga okulasi pada umur 5-6 tahun. Banyaknya buah panen pertama hanya 10-15 buah, pada tahun ke 10 jumlah buah dapat mencapai 300-500 buah/pohon. Panen besar biasanya jatuh di bulan September-Oktober. Tanda buah sudah dapat dipanen adalah adanya buah yang jatuh karena matang sedikitnya 1 buah/pohon, warna buah arumanis/manalagi berubah menjadi hijau tua kebiruan, warna buah mangga golek/gedok berubah menjadi kuning/merah Buah yang dipetik harus masih keras.
Cara Panen
Pada saat pemetikan, buah jangan sampai terpotong, tercongkel atau jatuh sampai memar. Buah dipetik di sore hari dengan menggunakan pisau tajam atau dengan galah yang diujungnya terdapat pisau dan keranjang penampung buah. Di Indonesia pohon mangga berbunga satu tahun sekali sehingga panen dilakukan satu periode dalam satu tahun. Dari satu pohon, buah tidak akan masak bersamaan sehingga dilakukan beberapa kali panen.

KEGIATAN